Perpisahan Jurnalis yang Gugur di Gaza Saat Siaran Langsung: Ini Video Terakhir Saya

Lebih dar 60 jurnalis terbunuh di Jalur Gaza sejak agresi Zionis Israel

Antara/Muhammad Bagus Khoirunas
Sejumlah jurnalis menyalakan lilin dan melakukan aksi doa bersama solidaritas untuk jurnalis Palestina di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Jumat (10/11/2023). Aksi tersebut untuk mendoakan jurnalis yang bertugas meliput di Jalur Gaza sekaligus mengutuk serangan yang menewaskan sejumlah jurnalis.
Rep: Rossi Handayani, Mabruroh Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Tentara Israel membunuh dua jurnalis Palestina lagi pada Senin (20/11/2023) dalam serangan udara semalam di Jalur Gaza. 

Baca Juga


Dilansir dari laman Anadolu Agency pada Selasa (21/11/2023), menurut kantor berita resmi Palestina Wafa, serangan udara Israel terhadap sebuah rumah di Kota Gaza menyebabkan beberapa warga Palestina gugur, termasuk jurnalis perempuan Alaa' Taher al-Hasanat. 

Kemudian menambahkan bahwa jurnalis perempuan lainnya, Ayat Khaddoura, juga gugur dalam serangan udara Israel di rumahnya di kota Beit Lahia, Jalur Gaza utara. Menurut kantor berita tersebut, Khaddoura melakukan siaran langsung di TV Al-Ghad Palestina tak lama sebelum rumahnya dibombardir. Dia mengatakan di televisi, "Ini mungkin video terakhir saya."

Dia juga mengatakan bahwa tentara Israel menembakkan bom fosfor putih di Beit Lahia untuk mengusir warga Palestina dari kota mereka. Lebih dari 60 jurnalis Palestina sejauh ini terbunuh di Gaza sejak 7 Oktober.

Kantor media pemerintah di Gaza mengumumkan, pada Ahad (19/11/2023) bahwa 60 jurnalis menjadi korban pengeboman zionis Israel sejak 7 Oktober 2023. Menurut pejabat Palestina, para jurnalis itu sengaja menjadi sasaran pasukan pendudukan Israel.

"Pemerintah Gaza menyampaikan belasungkawa terdalamnya kepada keluarga jurnalis dan semua kerabat mereka," kata mereka. 

“Seri kejahatan sistematis terhadap jurnalis selama perang di Jalur Gaza, menegaskan bahwa jurnalis adalah target utama Israel, karena 60 rekan jurnalis kami menjadi martir, yang terbaru adalah Sari Mansour dan Hassouna Islim,” kata pejabat Palestina, dilansir dari Middle East Monitor, Senin (20/11/2023).

Tujuannya, kata para pejabat, adalah untuk mencoba membungkam suara kebenaran yang mengungkap pendudukan dan pembantaian yang sedang berlangsung di Gaza.

Serangan Israel terhadap Palestina di Gaza telah berlangsung selama 44 hari, selama waktu itu telah menyebabkan 13 ribu orang mti syahid, termasuk 5.500 anak-anak dan 3.500 wanita. Lebih dari 32 ribu terluka, 75 persen di antaranya adalah anak-anak dan wanita.

Para menteri Arab dan Muslim pada hari Senin menyerukan gencatan senjata segera di Gaza, ketika delegasi mereka mengunjungi Beijing, untuk mendorong diakhirinya permusuhan dan untuk memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke kantong Palestina yang hancur. Delegasi akan bertemu dengan pejabat yang mewakili masing-masing dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB. 

Pertemuan mereka juga menumpuk tekanan pada Barat, untuk menolak pembenaran Israel atas tindakannya terhadap Palestina sebagai pertahanan diri.

Para pejabat yang mengadakan pertemuan dengan diplomat top China Wang Yi, berasal dari Arab Saudi, Yordania, Mesir, Indonesia, Palestina, dan Organisasi Kerja sama Islam. 

Sebulan Genosida di Gaza - (Republika)

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler