Pentingnya Beribadah dengan Ilmu, Menghindarkan Diri dari Kesesatan
Kedudukan orang yang memiliki ilmu lebih tinggi dibanding orang yang ahli ibadah.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap menunaikan ibadah harus didasari dengan ilmu, sehingga ibadah yang dikerjakan tidak tertolak, sia-sia atau agar tidak melenceng dari syariat. Oleh karena itu, kedudukan orang yang memiliki ilmu lebih tinggi dibanding orang yang ahli ibadah.
Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Thabrani.
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : فَضْلُ الْعِلْمِ خَيْرٌ مِنْ فَضْلِ الْعِبَادَةِ وَخَيْرُدِيْنِكُمُ الْوَرَعُ.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda: Keutamaan ilmu itu lebih bagus dari keutamaan ibadah (yang sunah). Dan sebagus-bagusnya agamamu itu mempunyai sifat wara'.
Lalu mengapa memiliki ilmu itu lebih baik dari ibadah sunah? Sebab sejatinya setiap amal perbuatan harus didasari dengan ilmunya.
Misalnya, seseorang yang hendak berupuasa maka dia harus mengetahui tentang syarat sahnya berpuasa, hal-hal yang membatalkan puasa, waktu memulai puasa, dan lain sebagianya. Hal itu dapat diketahui apabila seseorang terlebih dulu mempelajarinya. Maka, ilmu akan menjadikan sebuah amal ibadah menjadi sempurna dan terhindar dari kesia-siaan.
Dalam hadits tersebut juga dijelaskan tentang pentingnya sifat wara' dalam beragama. Wara' yakni sikap berhati-hati sehingga tidak terjerumus dalam menjalankan perbuatan yang dilarang Allah, mengonsumsi barang haram, dan lainnya.
Orang yang berilmu dengan orang...
Orang yang berilmu dengan orang yang ahli ibadah namun bodoh tentu sangat jauh berbeda derajatnya. Orang yang berilmu dapat sempurna dalam mengerjakan sebuah amal ibadah karena mengetahui ilmunya.
Sedangkan ahli ibadah yang bodoh bisa jadi sia-sia amalnya sebab tidak mengetahui ilmunya. Tentang perbedaan derajat antara orang berilmu dan ahli ibadah ini telah dijelaskan Rasulullah ﷺ.
Perbedaan derajat antara orang berilmu dan ahli ibadah
Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad ﷺ yang diriwayatkan Imam Tirmidzi:
وَعَنْ أَبِى أُمَامَةَ قَالَ ذُكِرَلِرَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلَا نِ أَحَدُهُمَاعَابِدٌ وَالْاَخَرُعَالِمٌ فَقَالَ عَلَيْهِ اَفْضَلُ الصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ : فَضْلُ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِكَفَضْلِى عَلَى اَدْنَاكُمْ , ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اِنَّ اللَّهَ وَمَلَا ئِكَتَهُ وَاَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالْاَرْضِ حَتَّى النَّمْلَةِ فِى جُحْرِهَاوَحَتَّى الْحُوْتَ لَيُصَلُّوْنَ عَلَى مُعَلِّمِى النَّاسِ الْخَيْرَ.
Dan diriwayatkan dari Abi Umamah, ia berkata: Dijelaskan kepada Rasulullah ﷺ tentang dua lelaki, satu orang lelaki itu ahli ibadah dan satu lelaki lainnya adalah orang alim. Maka berkata Nabi Muhammad ﷺ: Keutamaan orang alim atas orang ahli ibadah itu seperti keutamaannya aku atas orang yang paling rendah (paling bodoh) di antara kalian. Kemudian, Rasulullah ﷺ bersabda: Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya dan seluruh penghuni langit dan bumi sampai semut di dalam lubangnya, sampai semua ikan, itu semuanya mendoakan orang yang mengajarkan kepada manusia lainnya tentang kebaikan.
Setiap sahabat Rasulullah adalah orang-orang terbaik. Tetapi diantara sahabat Rasulullah itu hanya orang-orang yang berilmu yang mampu meneruskan perjuangan Rasulullah.
Maka sahabat-sahabat Rasul yang berilmu begitu sangat dekat dengan Rasulullah. Para sahabat yang berilmu mereka dapat meriwayatkan hadits-hadits, menuliskan sejarah, berijtihad setelah wafatnya nabi dan lainnya. Hingga nama mereka pun abadi hingga kini.
Sementara sahabat yang kurang berilmu...
Sementara sahabat yang kurang berilmu tentu derajatnya sangat jauh dengan sahabat yang berilmu. Begitupun kedekatannya dengan Rasulullah tidak seperti sahabat-sahabat yang berilmu.
Orang yang berilmu dalam keadaan tidak ibadahnya pun sudah mendapatkan banyak kebaikan sebab setiap makhluk mendoakannya. Sementara orang ahli ibadah harus berupaya berdoa atas dirinya.
Orang-orang yang berilmu dan yang mau bersusah payah mencari ilmu senantiasa mendapatkan perlindungan Allah SWT. Ketika manusia terkena laknat sebab ulah keburukannya di dunia semisal mengumbar nafsu dunia, bermusuh-musuhan, iri dan dengki serta lainnya, maka orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu justru masuk dalam golongan orang-orang yang terselamatkan.
Sebagaimana dalam kitab at Targib wat Tarhib menuliskan sebuah hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan Imam Tirmidzi.
وَقَالَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَلدُّنْيَامَلْعُوْنَةٌ مَلْعُوْنٌ مَافِيْهَااِلَّا ذِكْرَاللَّهِ وَمَاوَالَا هُ وَعَالِمًاوَمُتَعَلِّمًا.
Nabi Muhammad SAW bersabda: Dunia itu dilaknati, dan segala sesuatu yang ada di dalamnya dilaknati. Kecuali zikir kepada Allah dan segala sesuatu yang mendukung terjadinya zikir, dan orang yang punya ilmu serta orang yang mau belajar.
Karenanya orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu terselamatkan dunianya dan akhiratnya. Ia dapat mengetahui hal-hal yang dibolehkan dan dilarang oleh syariat. Sehingga ia dapat terhindar dari segala sesuatu yang membuatnya terjerumus dalam kehinaan.
Sebab itu pula adanya orang berilmu dan taat kepada Allah yang tinggal tengah suatu kaum maka akan menyelamatkan kaum tersebut dari kebodohan, kesusahan, dan keburukan dunia.