Dokter Paru Indonesia Pantau Perkembangan Lonjakan Kasus Pneumonia di China
China mengalami lonjakan kasus penyakit pneumonia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) terus mengikuti perkembangan lonjakan kasus penyakit pneumonia di China. Kelompok Kerja (Pokja) Infeksi PDPI saat ini masih melakukan kajian tetang informasi-informasi terkait peningkatan kasus pneumonia pada anak tersebut.
"Kami mengikuti kasus di China tersebut dan terus mempelajari berbagai data-data yang ada dari berbagai sumber," jelas Ketua Umum PDPI Agus Dwi Susanto kepada Republika.co.id, Senin (27/11/2023).
Agus menyampaikan, Pokja Infeksi PDPI juga berkoordinasi dengan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) terkait isu itu. Oleh sebab itu, pihaknya masih belum bisa menyampaikan banyak informasi mengenai langkah kewaspadaan yang harus diambil Indonesia.
Dihubungi secara terpisah, mantan direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama menjelaskan, peningkatan kasus pneumonia seiring dimulainya musim dingin di belahan Utara, termasuk di China, memang telah menjadi perhatian sejak pertengahan Oktober. Pada 13 November 2023, China melaporkan peningkatan kasus infeksi saluran pernapasan, khususnya pada anak-anak.
Tjandra menjelaskan, Pemerintah China saat itu mengungkapkan hal itu terjadi akibat sudah dilonggarkannya aturan terkait pencegahan Covid-19. Faktor datangnya musim dingin juga turut andil.
"Patogen penyebabnya diduga bukanlah organisme baru, melainkan penyebab penyakit yang sudah dikenal selama ini seperti mycoplasma pneumoniae, respiratory syncytial virus (RSV), dan lain-lain. Tentu mungkin juga Covid-19, walaupun belum pasti," kata Tjandra kepada Republika.co.id.
Lalu, pada 22 November 2023, muncul berita tentang pneumonia yang tidak terdiagnosis pada anak-anak di Beijing. Atas berita tersebut, menurut Tjandra, WHO telah meminta China memberikan data lebih lengkap terkait data epidemiologis, klinis, dan laboratorium.
Kemudian, pada 23 November 2023, WHO mengadakan rapat khusus bersama China untuk membahas hal tersebut. Dari situ terungkap peningkatan kasus pneumonia terkait mycoplasma pneumoniae terjadi sejak Mei, sedangkan akibat RSV, adenovirus, dan influenza virus kasusnya meningkat sejak Oktober.
"Saat ini, WHO merekomendasikan peningkatan perhatian terhadap pneumonia tersebut seraya melakukan tindakan preventif menjaga kebersihan, risiko kontak, dan penularan, serta mendapatkan vaksinasi untuk influenza," kata dia.
Sembari menunggu perkembangan, lanjut Tjandra, WHO meminta China terus bekerja sama untuk memonitor perkembangan dengan memberikan data-data selengkapnya. Itu diperlukan agar bila ada masalah di luar yang sudah disimpulkan dapat segera terdeteksi.