Israel Hancurkan Pusat Arsip di Gaza yang Menyimpan Dokumentasi Sejarah Warga Palestina

Pusat Arsip Gaza yang berisi ribuan dokumen sejarah berusia lebih dari 150 tahun.

AP/Ali Mahmoud
Seorang pria Palestina berjalan melewati gedung-gedung yang hancur akibat pemboman pasukan zionis Israel di al-Zahra, di pinggiran Kota Gaza, Jumat (20/10/ 2023). )
Rep: Rizky Jaramaya Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kepala Kotamadya Gaza, Yahya Al-Sarraj pada Rabu (29/11/2023) mengatakan, Israel menghancurkan Pusat Arsip Gaza yang berisi ribuan dokumen sejarah berusia lebih dari 150 tahun. Al-Sarraj mengatakan, menargetkan Pusat Arsip menimbulkan bahaya besar bagi kota Gaza, karena di dalamnya terdapat ribuan dokumen bernilai sejarah bagi masyarakat

Baca Juga


"Dokumen-dokumen ini mewakili bagian integral dari sejarah dan budaya kita. Pusat Arsip memuat denah bangunan kuno bernilai sejarah dan dokumen tulisan tangan tokoh bangsa ternama,” ujar Al-Sarraj, dilaporkan Middle East Monitor.

Al-Sarraj mengatakan, pendudukan Israel menargetkan banyak bangunan, termasuk pusat kebudayaan besar dan monumental, serta taman umum milik pemerintah kota. Sasarannya termasuk Pusat Kebudayaan Sejarah Rashad Al-Shawwa, sebuah pusat yang sangat penting yang mencakup teater dan perpustakaan pusat.

Pendudukan Israel juga menargetkan Dewan Legislatif Palestina dan monumen peringatan di Taman Peringatan Prajurit Tak Dikenal (Al-Jundi Al-Majhol). Al-Sarraj mengatakan, upaya pendudukan Israel untuk menghancurkan segala sesuatu yang indah, menghapus ingatan orang Palestina, dan menerapkan kebijakan yang mengaburkan masyarakat, membuat kota-kota Palestina tidak dapat dihuni.

"Dokumen-dokumen ini, yang sudah ada sejak lama, dibakar, menjadikannya abu, menghapus sebagian besar ingatan kita tentang Palestina," ujar Al-Sarraj.

Serangan yang dilakukan oleh Israel ini sebagai bagian dari penargetan terhadap rakyat Palestina dan segala sesuatu yang berkaitan dengan nilai-nilai, warisan, budaya dan identitas mereka. Israel menargetkan tugu peringatan di beberapa provinsi sejak dimulainya perang awal bulan lalu, termasuk Tugu Peringatan Para Martir Kapal Marmara di Gaza Port, monumen peringatan mendiang jurnalis Shireen Abu Akleh di Kamp Pengungsi Jenin, dan monumen peringatan mendiang Presiden Yasser Arafat di Tulkarem, Tepi Barat.

Perpustakaan utama di Jalur Gaza juga tak luput dari serangan mesin perang Israel yang mengebomnya saat penggerebekan yang menyasar Kota Gaza sejak pecahnya perang pada 7 Oktober. Perpustakaan, yang dikenal sebagai Gedung Kantor Umum, adalah yang terbesar di Jalur Gaza, yang berisi dokumen dan buku sejarah. Juru bicara Kotamadya Kota Gaza, Hosni Muhanna, penduduk Gaza menganggap perpustakaan itu sebagai kenangan negara dan masa kini.

Tentara Israel telah mengubah sebuah bangunan Palestina menjadi sinagoga Yahudi selama operasi darat mereka di Gaza utara. The Jerusalem Post mengatakan, tentara Israel telah mendirikan sinagoga di jantung Jalur Gaza selama invasi darat.

Jerusalem Post tidak merinci lokasi bangunan yang diubah menjadi sinagoga tersebut. Tetapi surat kabar itu menerbitkan foto pintu masuknya, yang dilengkapi dengan tanda besar bertuliskan “Kuil Abraham.” Sementara foto lainnya menunjukkan interior yang dilengkapi dengan kursi, meja, dan buku-buku agama Yahudi.

“Para prajurit mengubah salah satu bangunan menjadi tempat mereka berdoa. Mereka menambahkan bangku dan meja untuk meletakkan buku doa mereka,” kata laporan Jerusalem Post.

“Menurut dokumentasi kantor pers pemerintah, sinagoga tersebut diberi nama Kuil Abraham dan di dalamnya terdapat tanda yang menunjukkan waktu ibadah yang diperbarui setiap hari,” ujar laporan Jerusalem Post.

Jerusalem Post melaporkan, pada awal November, tentara IDF berdoa di sinagoga abad ke-6 di Gaza. Ini adalah pertama kalinya dalam hampir dua dekade orang Yahudi diizinkan beribadah di situs suci tersebut.

Sinagoga kuno di Gaza, yang dibangun pada tahun 508 Masehi selama periode Bizantium, digali pada 1965. Sinagoga tersebut terletak di kota pelabuhan Gaza yang dulunya ramai, yang pada saat itu dikenal sebagai ‘Maiuma’ atau El Mineh (pelabuhan). Situs bersejarah ini sekarang berada di distrik Rimal Kota Gaza.

Namun, menurut laporan Jerusalem Post, sinagoga yang didirikan oleh tentara Israel berada di gedung yang berbeda dari tempat mereka melakukan ibadah pada awal November.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler