Sistem Pemantauan Kasus ISPA dan Pneumonia Anak di DKI Terus Ditingkatkan

Dinkes DKI terus meningkatkan sistem pelaporan kasus ISPA dan Pneumonia pada anak.

EPA
pria berusia 61 tahun telah meninggal karena pneumonia di China. Ilustrasi. Dinkes DKI terus meningkatkan sistem pelaporan kasus ISPA dan Pneumonia pada anak.
Red: Bilal Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dinas Kesehatan DKI Jakarta terus memantau dan meningkatkan sistem pelaporan individu setiap waktu (real time) untuk mengantisipasi kasus ISPA dan pneumonia pada anak dan orang dewasa di Jakarta
 
"Pemantauan tersebut dilakukan di seluruh Puskesmas dan 194 rumah sakit untuk memantau kondisi dan mendeteksi penyakit-penyakit baru dengan pemeriksaan laboratorium," kata Kepala Seksi Surveilans, Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu.
 
Pemantauan tersebut dilakukan dengan melakukan pemeriksaan PCR atau panel virus untuk mengetahui apakah seseorang terkena virus karena kondisi imunitas yang buruk dalam menghadapi peralihan musim dari musim kemarau ke hujan.
 
Imunitas manusia, kata Ngabila, cenderung menurun akibat faktor kelembaban yang membuat kuman seperti virus, bakteri, jamur dan lainnya mudah masuk ke tubuh.

Selain itu mengantisipasi adanya kenaikan kasus pneumonia balita di China (walking pneumonia) dan juga di Belanda serta India yang kemungkinan disebabkan virus seperti adenovirus, RSV, rinovirus, influenzae, parainfluenzae, COVID-19 dan mycoplasma. "Maka perlu dilakukan pencegahan," kata Ngabila.
 
Adapun pencegahan yang perlu ditingkatkan, yakni Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, diimbau untuk memakai masker di keramaian. "Terutama pada yang sedang sakit sebaiknya tidak keluar rumah atau memakai masker di sekolah, ruang kerja dan ruang tertutup lainnya," kata dia.
 
Lalu rutin mencuci tangan dengan air mengalir dan sabun serta melakukan imunisasi rutin lengkap pada anak.
 
"Ada 15 imunisasi gratis dari pemerintah, mulai dari anak sampai dewasa, ada vaksinasi Pneumococcal Conjugate Vaccine (PCV) untuk mencegah pneumonia dan Haemophilus influenzae tipe B/HiB," kata Ngabila.
 
Kemudian ada vaksin dosis 1-4 untuk COVID-19 usia 18 tahun ke atas secara gratis di Puskesmas dan RSUD terdekat. Selanjutnya dianjurkan vaksin influenzae berbayar mandiri untuk usia 6 bulan ke atas terutama kelompok rentan seperti balita, lansia, ibu menyusui, ibu hamil dan tenaga kesehatan.

 
Kemudian menjaga ventilasi udara dengan baik terutama di ruang tertutup (indoor), buka kaca atau jendela secara rutin atau bisa menggunakan penyaring udara.

"Berobat ketika gejala pernapasan tidak membaik serta melakukan deteksi dan terapi dini di fasilitas kesehatan," katanya.
 
Sebagai bentuk kesiapsiagaan pemerintah dalam mengantisipasi penularan pneumonia di Indonesia, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menerbitkan Surat Edaran Nomor: PM.03.01/C/4632/2023 tentang Kewaspadaan Terhadap Kejadian Mycoplasma Pneumonia di Indonesia.
 
Dalam surat edaran tersebut, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Maxi Rein Rondonuwu meminta Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) untuk melakukan pemantauan perkembangan kasus dan negara terjangkit di tingkat global serta meningkatkan kewaspadaan dini dengan melakukan pemantauan kasus yang dicurigai pneumonia.
 
Ia juga meminta KKP untuk meningkatkan pengawasan terhadap orang (awak, personel, dan penumpang), alat angkut, barang bawaan, lingkungan dan vektor. Kemudian binatang pembawa penyakit di pelabuhan, bandar udara dan pos lintas batas negara, terutama yang berasal dari negara terjangkit.

Baca Juga


sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler