Elektabilitas Ganjar-Mahfud Turun, Hasto Singgung Banyak Intimidasi
Namun, Hasto tetap yakin dukungan riil kepada Ganjar-Mahfud tetap tinggi.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) meyakini tingginya suara untuk pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD jelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024. Namun, penurunan terjadi karena adanya intimidasi terhadap pemilih pasangan nomor urut 3 itu.
"Sebenarnya kalau kita lihat dukungan rakyat sangat kan kuat, hanya memang kita akui banyak intimidasi. Sehingga menyebabkan undecided, bahkan unspoken voters itu juga cukup banyak," ujar Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto di depan Kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Selasa (12/12/2023).
Hal tersebut juga berkaca pada banyaknya hasil survei yang berbeda dalam mencerminkan elektabilitas tiga pasangan calon. Namun hasil tersebut tak diambil pusing oleh PDIP, sebab Ganjar-Mahfud tetap akan turun ke masyarakat untuk mendengarkan aspirasinya.
Pasangan nomor urut 3 dijelaskannya memiliki progam-program yang menjadikan kesejahteraan rakyat sebagai prioritas. Salah satunya adalah KTP Sakti, untuk proses digitalisasi dan penyeragaman data untuk pendistribusian bantuan.
"Yang penting kami bekerja turun ke bawah dengan penuh semangat dan misalnya kita banyak melakukan blusukan, blusukan tinggal di rumah rakyat itu adalah yang dibangun untuk mempercepat penyelesaian masalah rakyat," ujar Hasto.
"Karena ketika pemimpin Pak Ganjar menyatu dengan rakyat, itu sudah suatu kekuatan, suatu emotional bonding yang sangat luar biasa," sambungnya.
Survei Litbang Kompas pada Desember 2023 menunjukkan elektabilitas tiga pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres). Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka berada pada posisi teratas dengan elektabilitas 39,3 persen.
Posisi kedua Anies-Muhaimin dengan elektabilitas 16,7 persen dan Ganjar-Mahfud sebesar 15,3 persen. Sedangkan 28,7 persen belum menentukan pilihannya.
Survei Litbang Kompas berlangsung pada 29 November-4 Desember 2023 secara tatap muka dan dibiayai secara mandiri. Jajak pendapat ini melibatkan 1.364 responden yang dipilih secara acak.
Mereka menggunakan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 38 provinsi di Indonesia. Survei itu memiliki tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error lebih kurang 2,65 persen.