Prabowo: Persoalan Papua tidak Sesederhana Itu, Pak Anies!
Menurut Anies, kebebasan berpendapat dan kebebasan berbicara saat ini menurun.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Capres nomor urut 2, Prabowo Subianto sedikit memberi penekanan ketika menanggapi salah satu rivalnya, Anies Rasyid Baswedan saat mereka membahas persoalan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terjadi di Papua.
Anies mengatakan, inti persoalan di Papua adalah adanya rasa ketidakadilan. Ketidakadilan itulah,menurut Anies, yang kemudian berlanjut kepada aksi kekerasan. Tapi Prabowo mengingatkan, persoalan di Papua tidak sederhana yang disampaikan Anies.
"Benar sekali ini soal keadilan. Tapi tidak sesederhana itu Pak Anies. Ada faktor lain pak Anies," kata eks danjen Kopassus tersebut. Prabowo menjelaskan persoalan Papua cukup kompleks. Selain adanya faktor geopolitik, juga ada faktor ideologi.
"Ini masalahnya tidak gampang," ujar Prabowo dengan suara lantang. Mantan panglima Kostrad tersebut menilai, persoalan di Papua cukup rumit.
Di sana terjadi suatu gerakan separatisme yang cukup lama. Di Bumi Cenderawasih juga terlibat ada campur tangan kepentingan asing. Selain itu, lanjut Prabowo, ada kekuatan tertentu yang ingin Indonesia terpecah belah.
Dan mirisnya, menurut Prabowo, gerakan separatis juga justru menjadikan rakyat sipil Papua seperti anak-anak, orang tua, wanita dan orang-orang tidak bersenjata sebagai korban.
Sedangkan ketika menanggapi pertanyaan Ganjar. Prabowo langsung setuju. Ganjar mengatakan persoalan Papua dapat diselesaikan dengan memberikan ruang dialog bagi seluruh kekuatan dan kelompok di Papua.
"Kalau dialog, saya setuju. Untuk menegakkan keadilan, harus dialog," ucap Prabowo.
Debat perdana Pilpres 2024 digelar di Kantor KPU RI, Jakarta Pusat, Selasa malam WIB. Tema debatnya adalah pemerintahan, hukum, HAM, pemberantasan korupsi, penguatan demokrasi, peningkatan layanan publik, dan kerukunan warga.
Ungkit usung Anies 2017...
Capres Anies Rasyid Baswedan mendapatkan jawaban menohok dari salah satu rivalnya, Prabowo Subianto saat mereka membahas kondisi demokrasi di Indonesia di forum debat capres. Anies menyebut, saat ini rakyat sudah tidak percaya dengan proses demokrasi di Indonesia.
Menurut Anies, kebebasan berpendapat dan kebebasan berbicara menurun. Selain itu, kebebasan berbicara pun dipersulit dengan adanya pasal karet di Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Prabowo pun menanggapi kegalauan Anies terhadap demokrasi dengan mengungkit yang bersangkutan bisa maju pada Pilgub DKI 2017. Hal itu karena dirinya bersikap demokratis memberikan tiket kepada Anies yang bukan kader Partai Gerindra.
"Mas Anies, Mas Anies. Saya rasa pendapat Mas Anies itu berlebihan. Mas Anies mengeluh tentang demokrasi. Mas Anies itu dipilih jadi gubernur DKI menghadapi pemerintah berkuasa. Saya yang usung Bapak. Saya saat itu oposisi.
"Kalau demokrasi tak berjalan tak mungkin Anda menjadi gubernur. Kalau Jokowi diktator Anda tak mungkin jadi gubernur. Saya waktu itu oposisi Mas Anies, Anda oposisi, Anda terpilih," ucap Prabowo lagi.
Saat Anies maju di Pilgub DKI Jakarta 2017, ia diusung oleh Partai Gerindra dan PKS yang saat itu menjadi partai oposisi di luar pemerintahan Jokowi. Prabowo mengingatkan, saat itu Anies menghadapi kekuasaan yang lebih menjagokan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang didukung partai pemerintah termasuk PDIP dan Nasdem.
Anies pun merespons balik klaim Prabowo yang menyebutkan demokrasi di Indonesia baik-baik saja. Menurut Anies, posisi pemerintah dan oposisi adalah posisi yang terhormat.
Tapi, Anies menyayangkan Prabowo yang gagal bertahan menjadi oposisi sehingga begitu kalah dari Jokowi di Pilpres 2019 justru berkoalisi dan menyeberang ke pemerintahan. "Sayangnya Pak Prabowo tidak betah menjadi oposisi. Karena merasa di oposisi tak mampu berbuat banyak. Padahal peran dan fungsinya sama," kata Anies lagi