Polisi: Motif Bunuh Diri Sekeluarga di Malang Diduga karena Ekonomi

Sejumlah saksi sebut WE beberapa kali sempat minta pinjam uang.

Republika/Wilda fizriyani 
Kondisi rumah kontrakan dari keluarga yang bunuh diri di Dusun Boro Bugis RT 03 RW 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/12/2023).
Rep: Wilda Fizriyani Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Faktor ekonomi diduga menjadi pemicu bunuh diri yang dilakukan oleh satu keluarga di Dusun Boro Bugis RT 03 RW 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Hal ini diungkapkan Kasatreskrim Polres Malang, AKP Gandha Syah Hidayat, berdasarkan hasil penyelidikan timnya.

Baca Juga


Menurut Gandha, tim penyidik telah melaksanakan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memeriksa tujuh orang saksi. "Dari sini kita bisa menyimpulkan sementara bahwa motif tindakan yang dilakukan oleh almarhum WE ini lebih ke arah motif ekonomi," katanya saat ditemui wartawan di Polsek Pakis, Kabupaten Malang, Rabu (13/12/2023).

Beberapa saksi memberikan informasi bahwa WE (44 tahun) pernah beberapa kali memohon dan meminta tolong untuk dipinjami sejumlah uang. Tidak diketahui pasti jumlah nominal uang yang dibutuhkan WE. Namun, WE sempat memberi tahu beberapa saksi bahwa dia kesulitan untuk mengembalikan utangnya. 

Sejauh ini, aparat menyimpulkan utang yang dimiliki WE lebih ke perorangan. Artinya, utang tersebut tidak ada hubungan dengan pinjaman online (pinjol). Terlebih lagi, belum ada keluarga yang dikontak oleh pinjol terkait utang WE.

 

 

 

Adapun terkait kemungkinan pertengkaran WE dengan istri S (40 tahun), Gandha tidak menemukan kondisi tersebut terjadi di kehidupan korban. "Menurut pengakuan anaknya, AKE, sudah saya tanya lima sampai 10 kali, itu tidak terjadi cekcok sama sekali oleh kedua orang tuanya," kata dia menambahkan.

Sebelumnya, peristiwa dugaan bunuh diri terjadi di sebuah rumah kontrakan di Dusun Boro Bugis RT 03 RW 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Ketiga orang ditemukan meninggal merupakan pasangan suami istri WE (44 tahun) dan S (40 tahun), serta seorang anak perempuan ARE (12).

Adapun kronologis kejadian bermula saat AKE (12), saudara kembar dari korban meninggal ARE, berteriak meminta tolong kepada tetangga korban.

Hal ini karena keluarganya berada di salah satu kamar di rumahnya yang tidak bisa dibuka. Mendapati hal tersebut, Galih (38 tahun), salah satu tetangga berinisiatif memeriksa kamar belakang dan berupaya mendobrak pintu dari luar.

Usai terbuka, didapati bahwa S dan ARE sudah dalam keadaan terbujur kaku terbaring di tempat tidur. Sementara itu, WE diketahui telentang di lantai merintih kesakitan dengan luka pendarahan di pergelangan tangan kiri.

Mengetahui hal tersebut, warga yang berdatangan kemudian membawa WE menuju ke Rumah Sakit Angkatan Udara Dr M Munir Lanud Abd Saleh untuk mendapatkan pertolongan. Namun sesampainya di rumah sakit, korban WE dinyatakan telah meninggal dunia.

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler