Warga Keluhkan Cuaca Panas, Berharap Hujan Tapi Takut Banjir
Menurut BMKG, musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia mengalami kemunduran.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejumlah warga mengeluhkan cuaca panas yang kembali menerpa belakangan ini. Meski mengharapkan kedatangan musim hujan, sebagian warga juga memiliki kekhawatiran akan potensi banjir.
"Cuaca sekarang mulai panas lagi, tapi anginnya dingin," ujar warga Tangerang, Dimitrie Nadya Quamilia, kepada Republika.co.id pada Senin (18/12/2023).
Dimitrie mengungkapkan, teriknya cuaca paling terasa pada siang hari. Saat memasuki siang, Dimitrie mengungkapkan bahwa dia kerap merasa pengap. Namun menjelang sore, Dimitrie menilai cuaca sering kali terlihat seperti akan hujan namun tidak terjadi.
Sebagai pegawai yang bekerja di laboratorium, Dimitrie mengungkapkan bahwa dia lebih sering beraktivitas di dalam ruangan. Oleh karena itu, dia tidak begitu terdampak dengan cuaca panas yang terjadi saat ini.
Meski begitu, Dimitrie berharap hujan bisa kembali turun agar cuaca terasa lebih sejuk. Namun di sisi lain, Dimitrie berharap hujan yang turun tidak terlalu ekstrim karena dia khawatir terjadi banjir.
Hal serupa juga dirasakan oleh ibu rumah tangga, Desy Muntiri. Desy mengatakan belakangan ini hujan tidak turun di domisilinya, yaitu Tangerang. Padahal, sebelumnya hujan sempat turun cukup sering.
"Saya biasanya tidak keringetan, tapi sekarang jadi keringetan melulu karena panas banget," kata dia.
Seperti Dimitrie, Desy juga berharap hujan bisa turun lebih sering setelah musim kemarau yang cukup panjang. Akan tetapi, Desy juga berharap agar musim hujan yang datang tidak ekstrem.
"Pengen musim hujan, tapi jangan ekstrem karena saya khawatir banjir," ujar Desy.
Di media sosial, cuaca panas juga dikeluhkan oleh banyak warganet. Sebagian warganet mengungkapkan cuaca di area tempat tinggalnya terasa sangat panas dan merasa iri dengan wilayah-wilayah lain di Indonesia yang kerap diguyur hujan.
"Bersyukur udah dikasih hujan. Di sini malah gak hujan-hujan. Mana cuaca panas banget, seperti kebakar," tulis seorang warganet mengomentari warganet lain yang mengeluh karena area tempat tinggalnya diguyur hujan deras, seperti dikutip dari X.
Beberapa warganet juga mengekspresikan kebingungannya mengenai musim hujan di tahun ini. Mereka merasa frekuensi hujan terlalu sedikit dan menjadi serba salah karena cuaca yang tak menentu.
"Ini musim hujan di Jakarta cuma dua minggu doang apa gimana deh? Udah panas banget aja," ungkap warganet lain.
Di Indonesia, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah memprediksi bahwa awal musim hujan 2023/2024 akan mengalami kemunduran di sebagian besar wilayah Indonesia. Awal musim hujan diprediksi tiba secara bertahap, dimulai awal November 2023, dengan puncak musim hujan diprediksi pada Januari-Februari 2024.
Berdasarkan jumlah ZOM, sebanyak 42 persen wilayah di Indonesia sudah memasuki musim hujan pada dasarian I Desember 2023. Pada dasarian II Desember 2023 hingga dasarian I Januari 2024, curah hujan di Indonesia umumnya diprediksi berada di kriteria rendah-menengah.
Dalam siaran pers, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati juga sempat menyinggung soal fenomena heatwave yang terjadi di banyak tempat secara bersamaan. Fenomena ini membuat 2023 berpotensi menjadi tahun dengan temperatur terpanas sepanjang sejarah. Hal ini telah dibuktikan dengan suhu permukaan di beberapa tempat di dunia yang mencapai di atas 40 derajat Celsius.
"Sebelumnya rekor tahun terpanas adalah pada 2016 saat terjadi El Nino namun 2023 memecahkan rekor sebagai tahun terpanas," ungkap Dwikorita, seperti dikutip dari siaran pers.
Dwikorita mencontohkan, suhu di Sardinia, Italia, sepat mencapai 48 derajat Celsius pada Juli 2023. Yang tak kalah mencemaskan, suhu di Villamontes, Bolivia, sempat mencapai 45 derajat meski mereka sedang mengalami musim dingin pada Agustus lalu.
Indonesia juga turut merasakan dampak menghangatnya suhu bumi di sepanjang 2023. Akan tetapi, suhu maksimum di Indonesia pada periode Juni-Oktober mencapai 38 derajat Celsius. Hal ini disebabkan karena 60 persen luas area Indonesia adalah laut dengan atmosfer yang relatif lembap, sehingga menjadi penyangga kenaikan temperatur.
Namun bukan berarti masyarakat Indonesia bisa tenang-tenang dalam menghadapi perubahan iklim. Fenomena El Nino yang terjadi pada beberapa bulan terakhir mengakibatkan musim kemarau lebih kering dari biasanya. Akibatnya, kekeringan terjadi di banyak wilayah Indonesia.