Alasan Mengapa Manusia Diberikan Ujian dan Musibah
Justru setiap orang beriman harus diuji lebih dahulu.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT memberikan setiap manusia ujian dan juga musibah sesuai kadarnya. Alquran mengungkapkan alasan mengapa ujian dan musibah itu diberikan.
Allah berfirman dalam Alquran Surat Al Ankabut ayat 2, "Aḥasiban-nāsu ay yutrakū ay yaqūlū āmannā wa hum lā yuftanūn(a)."
Yang artinya, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan (hanya dengan) berkata, “Kami telah beriman,” sedangkan mereka tidak diuji?"
Dalam Tafsir Kementerian Agama dijelaskan ada ayat ini Allah bertanya kepada manusia yang telah mengaku beriman dengan mengucapkan kalimat syahadat. Bahwa apakah mereka akan dibiarkan begitu saja mengakui keimanan tersebut tanpa lebih dahulu diuji?
Nyatanya tidak, justru setiap orang beriman harus diuji lebih dahulu, sehingga dapat diketahui sampai di manakah mereka sabar dan tahan menerima ujian tersebut. Ujian yang mesti mereka tempuh itu bermacam-macam.
Umpamanya...
Umpamanya, perintah berhijrah (meninggalkan kampung halaman demi menyelamatkan iman dan keyakinan), berjihad di jalan Allah, mengendalikan syahwat, mengerjakan tugas-tugas dalam rangka taat kepada Allah, dan bermacam-macam musibah seperti kehilangan anggota keluarga, dan hawa panas kering yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan mati kekeringan.
Semua cobaan itu dimaksudkan menguji siapakah di antara mereka yang sungguh-sungguh beriman dengan ikhlas dan siapa pula yang berjiwa munafik. Juga bertujuan mengetahui apakah mereka termasuk orang yang kokoh pendiriannya atau orang yang masih bimbang dan ragu sehingga iman mereka masih rapuh.
Maksud ayat ini dapat dilihat dalam Surat At Taubah ayat 16, "Apakah kamu mengira bahwa kamu akan dibiarkan (begitu saja), padahal Allah belum mengetahui orang-orang yang berjihad di antara kamu dan tidak mengambil teman yang setia selain Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman. Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Dari paparan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa setiap orang yang mengaku beriman tidak akan mencapai hakikat iman yang sebenarnya sebelum ia menempuh berbagai macam ujian.
Ujian itu bisa berupa kewajiban seperti kewajiban dalam memanfaatkan harta benda, hijrah, jihad di jalan Allah, membayar zakat kepada fakir miskin, menolong orang yang sedang mengalami kesusahan dan kesulitan, dan bisa juga berupa musibah.