Terungkap Jumlah Utang Ayah dari Keluarga yang Bunuh Diri di Malang
Tiga orang dari empat anggota keluarga diduga bunuh diri.
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Proses penyelidikan atas kasus bunuh diri yang dilakukan satu keluarga di wilayah Pakis, Kabupaten Malang, Provinsi Jatim terus berlanjut. Hal ini terutama mengenai motif bunuh diri yang diduga akibat masalah ekonomi.
Kasatreskrim Polres Malang, AKP Gandha Syah Hidayat, mengatakan, hasil sementara menyebutkan utang yang dimiliki WE (44 tahun) selaku kepala keluarga diperkirakan mencapai puluhan juta.
"Sama seperti yang saya sampaikan karena bagaimana pun juga kami menjaga anak yang masih hidup juga. Kita harus menjaga psikologis yang bersangkutan. Jadi kalau mohon maaf, kami hanya bisa mengatakan bahwa utang-utang ada di kisaran puluhan juta," kata Gandha saat dikonfirmasi Republika.co.id, Senin (18/12/2023).
Hasil penyelidikan sementara juga menduga utang tersebut lebih ke perseorangan. Artinya, utang WE bukan ditunjukkan untuk pinjaman online (pinjol). Namun apabila terdapat hasil baru, pihaknya akan segera menyampaikannya.
Handphone sang ayah belum ditemukan...
Untuk diketahui, kepolisian setidaknya telah memintai keterangan terhadap 12 orang. Langkah ini bertujuan untuk mengungkap kasus tersebut lebih jelas termasuk masalah utang korban.
"Tetapi banyak yang tidak tahu menahu. Kemudian yang kedua, belum ada yang terima chat, SMS bernada teror kayak gitu juga tidak ada. Handphone korban juga belum ditemukan," ujarnya.
Adapun perihal hasil visum dua korban perempuan, pihaknya masih belum menerima secara resmi dari pihak rumah sakit. Namun demikian, aparat selalu berusaha dan mendorong RS untuk mengeluarkan hasil visum secepatnya.
Sebelumnya, peristiwa dugaan bunuh diri terjadi di sebuah rumah kontrakan di Dusun Boro Bugis RT 03 RW 10, Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Ketiga orang ditemukan meninggal merupakan pasangan suami istri WE (44) dan S (40), serta seorang anak perempuan ARE (12).
Kronologi peristiwa bunuh diri diketahui...
Adapun kronologis kejadian bermula saat AKE (12), saudara kembar dari korban meninggal ARE, berteriak meminta tolong kepada tetangga korban. Hal ini karena keluarganya menghilang sementara salah satu kamar di rumahnya tidak bisa dibuka.
Mendapati hal tersebut, Galih (38), salah satu tetangga berinisiatif memeriksa kamar belakang dan berupaya mendobrak pintu dari luar. Usai terbuka, didapati bahwa S dan ARE sudah dalam keadaan terbujur kaku terbaring di tempat tidur.
Sementara itu, WE diketahui telentang di lantai merintih kesakitan dengan luka pendarahan di pergelangan tangan kiri. Mengetahui hal tersebut, warga yang berdatangan kemudian membawa WE menuju ke Rumah Sakit Angkatan Udara Dr M Munir Lanud Abd Saleh.
Warga berupaya menolong WE mendapatkan pertolongan. Namun sesampainya di rumah sakit, korban WE dinyatakan telah meninggal dunia.