Cina Desak Jepang Hormati Upaya Damai di Kawasan

Situasi di Laut Cina Timur dan Selatan secara umum saat ini stabil.

AP Photo/Liu Zheng
Dalam gambar yang diambil dari video ini, juru bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin memberi isyarat saat jumpa pers di kantor Kementerian Luar Negeri di Beijing, Selasa (14/3/2023). Amerika Serikat, Australia, dan Inggris sedang melakukan perjalanan lebih jauh ke bawah jalur yang salah dan berbahaya untuk kepentingan geopolitik mereka sendiri, kata Kementerian Luar Negeri China Selasa, menanggapi kesepakatan di mana Australia akan membeli kapal selam serang bertenaga nuklir dari A.S. untuk memodernisasi armadanya.
Red: Setyanavidita livicansera

REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL - Cina pada Senin (18/12/2023) mendesak Jepang untuk menghormati upaya negara-negara Asia Tenggara dalam mencapai perdamaian dan stabilitas di kawasan. “Cina percaya bahwa semua kerja sama harus kondusif untuk memperkuat rasa saling percaya antara negara-negara di kawasan dan tidak boleh menargetkan pihak ketiga mana pun,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Wang Wenbin ketika ditanya tentang pembaruan kerja sama Tokyo dengan Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN.

Baca Juga


Menurutnya, situasi di Laut Cina Timur dan Selatan secara umum saat ini stabil. "Kami berharap negara-negara terkait akan sungguh-sungguh menghormati upaya negara-negara di kawasan untuk menjaga perdamaian dan stabilitas,” lanjut Wang. 

Pernyataan tersebut disampaikan Beijing mengomentari kesepakatan antara Jepang dan ASEAN akhir pekan lalu untuk memperdalam hubungan kedua pihak dalam isu-isu keamanan dan ekonomi. Pada pertemuan puncak di Tokyo akhir pekan lalu, para pemimpin ASEAN dan Jepang berjanji meningkatkan kerja sama dalam bidang keamanan maritim, memperkuat rantai pasokan, mempromosikan praktik-praktik energi berkelanjutan, dan memperluas pertukaran masyarakat dalam berbagai sektor.

Terkait ketegangan dengan Filipina, Wang pun menyalahkan Manila. “Apa pun tipu muslihat yang digunakan Filipina dan permainan saling menyalahkan yang mereka mainkan, tidak ada yang bisa mengubah fakta,” tegasnya. 

Dua puluh empat tahun yang lalu, ujar Wang, Filipina berjanji akan menarik pergi kapal perang (BRP Sierra Madre) yang ditempatkan secara ilegal di Ren’ai Jiao. Namun, 24 tahun kemudian, kapal perang itu masih ada. 

Kedua negara tetangga maritim ini pun saling menuding telah meningkatkan ketegangan, di tengah klaim yang tumpang tindih di Laut Cina Selatan yang disengketakan. Wang mengatakan bahwa Beijing dan Manila telah “sepakat untuk mengatasi masalah ini dan dengan demikian menjaga stabilitas di laut".

Namun, menurut Wang, Filipina terus mengirimkan kapal-kapal perang dan kapal pemerintahnya ke Ren’ai Jiao untuk mengirimkan bahan-bahan konstruksi untuk memperbaiki bangkai kapal perang yang karam itu. 

Beijing dan Manila mempunyai klaim yang bertentangan atas Second Thomas Shoal, juga dikenal sebagai Ayungin Shoal, Bai Co May, dan Ren'ai Jiao, yang merupakan terumbu karang tenggelam di Kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan. “Filipina, yang didukung oleh dukungan asing, mengesampingkan niat baik dan kesabaran Cina, serta menantang prinsip-prinsip dan garis merah Cina dengan melakukan provokasi yang berulang-ulang. Ini adalah risiko besar yang meningkatkan ketegangan di laut,” kata Wang.

Dia menambahkan, Cina berkomitmen terhadap perdamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan melalui dialog dan konsultasi dengan Filipina dan negara-negara ASEAN lainnya. “Meski demikian, kami tidak akan melemahkan tekad kami untuk mempertahankan kedaulatan teritorial serta hak-hak dan kepentingan-kepentingan maritim,” kata Wang.

 

sumber : antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler