Fatherless Berdampak Bahaya, 4 Tips Perkuat Hubungan Ayah-Anak
Ayah perlu meluangkan waktu dengan anak sebanuak mungkin.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia disebut-sebut sebagai salah satu negara fatherless, atau dalam artian kurangnya peran ayah dalam sebuah keluarga. Meski peringkat Indonesia di dunia masih diperdebatkan karena belum ditemukan riset yang resmi, namun kondisi fatherless dianggap bisa sangat terasa di masyarakat.
Padahal tentu saja mengasuh anak bukan hanya menjadi tanggung jawab seorang ibu. Seorang ayah perlu mengambil peran yang lebih sentral dalam pengasuhan anak.
Dampak fatherless bisa menyebabkan kurangnya kepercayaam diri anak, hambatan dalam pembentukan identitas diri, menurunnya performa akademis dan lainnya. Sementara itu, ada banyak riset tentang manfaat peran ayah dalam pengasuhan.
Anak-anak akan lebih mampu mengembangkan pemahaman yang sehat tentang siapa diri mereka ketika kedua orang tua sama-sama terlibat dalam kehidupan anak selama masa pertumbuhannya. Namun, berperan dalam pengasuhan bagi seorang ayah mungkin bisa menjadi hal yang sangat menantang.
Berikut empat tips mengasuh anak yang didukung penelitian untuk membantu seorang ayah lebih dekat dengan anak, seperti dilansir dari laman Psychology Today, Ahad (31/12/2023).
1. Tertarik dan terlibat dalam kehidupan anak
Anak perlu merasakan dukungan ayah mereka. Jadi, ayah perlu menyedikan waktu bagi mereka sebanyak mungkin.
Perhatikan hal-hal yang anak minati. Misalnya, jika anak menyukai bintang, ajaklah mereka ke planetarium, tonton film dan dokumenter tentang topik tersebut, dan bacakan untuk mereka tentang hal tersebut.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa beradaptasi dengan sifat anak dan mendukung minat mereka akan menghasilkan konsekuensi perkembangan yang diinginkan. Bagkan akan lebih baik daripada jika orang tua mengambil pendekatan untuk menanamkan minat Anda pada mereka.
Ayah juga dapat menunjukkan dukungan kepada anak dengan hadir pada acara-acara khusus mereka, berinteraksi dengan lingkaran pertemanan mereka, dan membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah. Merencanakan aktivitas rekreasi rutin seperti jalan-jalan, liburan akhir pekan, dan menonton film malam juga dapat menguntungkan. Kuncinya adalah terlibat secara aktif dan hadir dalam kehidupan anak .
2. Jangan segan-segan bicara dengan anak perempuan
Membantu anak perempuan melewati masa transisi pubertas dapat menjadi tantangan bagi para ayah. Pendekatan terbaik adalah jujur tentang apa yang dia alami terkait hormon, emosi, dan menstruasi. Beri pemahaman menormalisasi masa pubertas dan berdialog terbuka tentang perubahan yang terjadi pada tubuhnya.
Penelitian menunjukkan bahwa keterlibatan ayah sejak dini dengan anak perempuannya dikaitkan dengan penurunan risiko pubertas dini, penurunan pengalaman seksual dini, dan penurunan kehamilan remaja.
Ini mungkin membuat ayah merasa canggung atau bahkan menguji kesabaran Anda, namun pastikan untuk tidak mengabaikan hal yang dialami anak. Bahkan, sampai berpura-pura hal itu tidak terjadi.
Ingatlah bahwa ini bisa menjadi fase yang membingungkan dan membebani putri Anda. Cobalah untuk membuatnya lebih mudah dengan memberi tahu dia bahwa dia dapat dengan nyaman berbicara dengan Anda tentang segala hal. Berapa pun usianya, anak-anak selalu membutuhkan kasih sayang, dukungan, dan kepastian, termasuk pelukan dari ayahnya.
3. Membuka jalur komunikasi dan tidak gengsi minta maaf
Banyak orang tua melampiaskan rasa frustrasi kepada anak-anak mereka, dan menganggapnya sebagai sasaran empuk. Jika ingin memiliki hubungan dua arah dengan anak, sebaiknya bersikap terbuka pada gagasan untuk melakukan hubungan dari hati ke hati dan meminta maaf ketika melakukan kesalahan. Luangkan waktu untuk menenangkan diri setelah pertengkaran, tapi pastikan untuk mengatasinya nanti dengan anak Anda.
Jika ingin mulai menjadi ayah yang lebih baik, jangan segan-segan memperbaiki kesalahan. Gunakan beberapa kalimat berikut sebagai permulaan:
“Sepertinya kamu kesal pada ayah. Apakah perilaku atau tindakan ayah menyakiti kamu? Ayah ingin tahu agar ayah bisa meminta maaf.”
“Ayah ingin jadi ayah yang baik untuk kamu. Apa yang bisa ayah lakukan untuk menunjukan kalau ayah mencintaimu?”
Mungkin perlu waktu bagi seorang ayah untuk memahami gagasan tersebut, tetapi saat mulai membuka hati kepada anak, mereka akan mulai mempelajari dasar-dasar hubungan yang sehat, seperti kerentanan, pemberian maaf, dan kelembutan.
4. Jangan terlalu protektif untuk dukung kemandirian
Biarkan anak mengambil beberapa risiko terbatas untuk membantunya mengembangkan rasa percaya diri. Jadi mereka mencari cara untuk melakukan sesuatu sendiri. Membiarkan anak berjuamg dalam usahanya hingga akhirnya mereka dapat melakukannya dengan benar, akan mengajarkan lebih banyak tentang diri mereka sendiri.
Selain itu akan membuat mereka mampu menavigasi kehidupan secara efektif dibandingkan jika hanya selalu diberitahu orang tua tentang cara yang ‘benar’ melakukan suatu hal.