Israel Didesak Buka Akses Jurnalis yang Terluka untuk Dirawat di Luar Gaza
Sedikitnya 25 jurnalis yang terluka sangat membutuhkan pengobatan di luar negeri.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Palestinian Journalists Syndicate mengingatkan bahwa kematian jurnalis Akram al-Shafi memperlihatkan dengan jelas penderitaan jurnalis yang terluka di Gaza. Jurnalis Palestina, Akram al-Shafi, meninggal akibat luka kritis selama serangan dan pengepungan rumah sakit Al-Shifa di Gaza yang dilakukan Israel.
Melalui pernyataannya, Palestinian Journalists Syndicate mengimbau semua pihak terkait untuk menekan otoritas pendudukan agar memfasilitasi akses keluar bagi jurnalis yang terluka akibat agresi guna mendapatkan perawatan di luar Jalur Gaza. Sindikat mencatat bahwa pendudukan Israel menolak permintaan pemindahan medis yang diajukan untuk al-Shafi.
Menurut Sindikat, sedikitnya 25 jurnalis yang terluka sangat membutuhkan pengobatan di luar negeri. Kematian al-Shafi menambah jumlah jurnalis yang gugur selama agresi Israel menjadi 103 orang.
Pada November 2023, Menteri Kesehatan Palestina Mai Alkaila mengatakan pendudukan Israel dan komunitas internasional memikul tanggung jawab atas nyawa para pasien, staf medis, dan pengungsi di Kompleks Medis Al-Shifa. Ia menyatakan penyerbuan pasukan pendudukan terhadap Kompleks Medis Al-Shifa adalah "kejahatan terhadap kemanusiaan".
Penyerbuan tersebut, lanjut Alkaila, merupakan bagian dari sederet kejahatan yang dilakukan terhadap kompleks medis Al-Shifa akibat pengepungan ketat yang diberlakukan beberapa hari lalu. Lebih dari lima bangunan di dalamnya dibom dan tembakan peluru diarahkan ke para korban luka, pengungsi, serta tim medis yang ada di sana.
Sementara itu, Israel telah berulang kali menyerang rumah sakit. Tentara pendudukan Israel telah membunuh setidaknya 198 dokter, perawat dan paramedis.
Mereka juga menargetkan 55 ambulans. Serangan tentara Israel bahkan menyebabkan 25 rumah sakit tak beroperasi sejak awal agresi di Jalur Gaza.