Lima Sifat Pelaku Amar Makruf Nahi Mungkar dan Hukumnya
Amar makruf nahi mungkar bisa dilakukan dengan nasihat.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hukum menghilangkan kemungkaran adalah fardhu kifayah. Jika kemungkaran tersebut diketahui oleh lebih dari satu orang dari kaum Muslimin, tetapi tidak ada seorangpun yang mengingkari kemungkaran tersebut, semuanya mendapatkan dosa.
Menghilangkan kemungkaran yang hukumnya fardhu ‘ain, jika kemungkaran itu diketahui oleh seseorang dan ia mampu mengingkarinya atau mengubahnya. Kalau menghilangkan kemungkaran itu ditinggalkan padahal ada kemampuan, maka kerusakan di muka bumi akan menyebar. Selain itu, kemaksiatan dan kekejian akan merajalela serta akan semakin banyak orang yang berbuat kerusakan.
Para ulama berpendapat akan wajibnya beramar makruf nahi mungkar, bagi orang yang mengetahui bahwa ia tidak boleh mendiamkannya. Agar hal ini bisa menjadi alasan bagi seorang muslim yang beramar makruf nahi mungkar.
Mengenai lima sifat pelaku amar makruf nahi mungkar ada lima. Yakni, berilmu, berakal atau bijaksana, lemah lembut, adil, dan sabar serta siap menerima gangguan dalam menjalankan amar makruf nahi mungkar.
Demikianlah, seorang Muslim wajib beramar makruf nahi mungkar dengan penuh kewibawaan dan tidak dengan kerendahan diri. Hendaknya ia mengingkari sesuatu yang nyata dan diketahui serta tidak mencari-cari sesuatu yang tersembunyi.
Di samping itu, ia juga tidak boleh mengingkari...
Di samping itu, ia juga tidak boleh mengingkari sesuatu yang di dalamnya masih terdapat perbedaan pendapat dalam status hukumnya. Dilansir dari buku Wasiat Rasul Buat Lelaki yang ditulis Muhammad Khalil Itani diterjemahkan Ahmad Syakirin diterbitkan AQWAM, 2013.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ اُمَّةٌ يَّدْعُوْنَ اِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ ۗ وَاُولٰۤىِٕكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ
Waltakum minkum ummatuy yad‘ūna ilal-khairi wa ya'murūna bil-ma‘rūfi wa yanhauna ‘anil-munkar(i), wa ulā'ika humul-mufliḥūn(a).
Hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS Ali ‘Imran Ayat 104)
Pada ayat ini Allah memerintahkan orang Mukmin agar mengajak manusia kepada kebaikan yakni menyuruh perbuatan makruf, dan mencegah perbuatan mungkar. Hendaklah di antara orang-orang Mukmin, ada segolongan orang yang secara terus-menerus menyeru kepada kebajikan yaitu petunjuk-petunjuk Allah, menyuruh berbuat yang makruf yaitu akhlak, perilaku dan nilai-nilai luhur serta adat istiadat yang berkembang di masyarakat yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama. Segolongan orang itu juga secara terus-menerus mencegah dari yang mungkar, yaitu sesuatu yang dipandang buruk dan diingkari oleh akal sehat. (Tafsir Singkat Kementerian Agama)
Jangan Menghina Diri Sendiri
Seorang Muslim adalah yang beramar makruf nahi mungkar tanpa rasa takut dan gentar. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW.
Nabi Muhammad SAW bersabda...
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Janganlah salah seorang di antara kalian menghina dirinya." Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana salah seorang dari kami menghina dirinya sendiri?”
Rasulullah SAW menjawab, "Ia melihat ada yang perlu disampaikan mengenai perintah Allah yang diwajibkan, namun ia tidak menyampaikannya. Maka (pada hari kiamat) Allah bertanya kepadanya: Apa yang menghalangimu untuk berkata ini dan itu? Lalu ia menjawab: Aku takut manusia. Maka Allah berkata: Hanya kepada-Ku engkau layak takut.” (HR Ibnu Majah)
Demikian juga harus menyuruh para penguasa dengan kebaikan dan melarang mereka dari kemungkaran. Hal tersebut wajib bagi umat, sebagaimana ia merupakan hak umat.
Ingatlah kembali kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiallahu Anhu ketika beliau diangkat menjadi khalifah. Beliau berkata, "Aku diangkat sebagai pemimpin atas kalian, namun aku bukan yang terbaik di antara kalian. Jika aku berbuat baik maka bantulah aku, dan jika aku berbuat buruk maka luruskanlah aku.”
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَذَكِّرْۗ اِنَّمَآ اَنْتَ مُذَكِّرٌۙ
Fa żakkir, innamā anta mużakkir(un).
Maka, berilah peringatan karena sesungguhnya engkau (Nabi Muhammad) hanyalah pemberi peringatan. (QS Al-Gāsyiyah Ayat 21)
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَذَكِّرْ فَاِنَّ الذِّكْرٰى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِيْنَ
Wa żakkir fa innaż-żikra tanfa‘ul-mu'minīn(a).
Teruslah memberi peringatan karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang mukmin. (QS Az-Zariyat Ayat 55)
Amar makruf nahi mungkar...
Amar makruf nahi mungkar bisa dilakukan dengan nasihat, hikmah, pelajaran yang baik, dan tanpa kekejaman.
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
اُدْعُ اِلٰى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ اِنَّ رَبَّكَ هُوَ اَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيْلِهٖ وَهُوَ اَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِيْنَ
Ud‘u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau‘iẓatil-ḥasanati wa jādilhum bil-latī hiya aḥsan(u), inna rabbaka huwa a‘lamu biman ḍalla ‘an sabīlihī wa huwa a‘lamu bil-muhtadīn(a).
Serulah (manusia) ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik serta debatlah mereka dengan cara yang lebih baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang paling tahu siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia (pula) yang paling tahu siapa yang mendapat petunjuk. (QS An-Nahl Ayat 125)