Penggalan Pidato Fenomenal Abu Bakar yang Menjadi Tonggak Peradaban Islam
Abu Bakar adalah sosok khalifah terbaik setelah Rasulullah SAW.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perjuangan dan pengabdian Abu Bakar bagi perkembangan Islam teramat banyak untuk disebutkan. Dalam beberapa kesempatan, dia juga dipilih oleh Rasulullah SAW untuk mewakili beliau.
Misalnya, gelar as-Shiddiq yang berarti 'yang membenarkan' disematkan kepada Abu Bakar. Karena, kelapangan hati menuntunnya untuk mengimani berita yang dibawa oleh Rasulullah SAW, termasuk peristiwa Isra Miraj yang mengundang kontroversi di kalangan masyarakat Arab Quraisy.
Selain itu, satu tahun setelah Fathu Makkah, Nabi SAW meminta Abu Bakar memimpin umat Islam berhaji. Rasulullah SAW juga pernah memintanya menjadi imam shalat di Masjid Madinah ketika Rasulullah SAW berhalangan.
Setelah Rasulullah SAW wafat pada 623 M, Abu Bakar terpilih sebagai khalifah pertama menggantikan peran Rasulullah SAW dalam memimpin negara dan umat Islam. Waktu itu, daerah kekuasaan Islam hampir mencakup seluruh Semenanjung Arabia yang dihuni berbagai suku Arab.
Pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah berlangsung melalui dua kali baiah. Pertama, di Saqifah Bani Sa'idah yang disebut dengan baiah khashshah, dan kedua di Masjid Nabawi di Madinah yang dikenal dengan baiah 'ammah.
Dalam pidato kenegaraan yang disampaikan pada baiah 'ammah, ia mengatakan, ''Taatilah saya selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan bila saya durhaka kepada Allah dan Rasul-Nya, jangan patuhi saya.''
Pidato Abu Bakar itu punya konsekuensi logis bahwa jika ada orang atau kelompok tidak taat pada Allah SWT dan Rasul-Nya, sang khalifah akan menindaknya dengan tegas.
Pernyataannya itu terbukti ketika di awal pemerintahannya terjadi sejumlah kekacauan dan pemberontakan. Muncul orang-orang murtad, orang yang mengaku sebagai nabi, dan para pembangkang dalam membayar zakat.
Terhadap semua bentuk pembangkangan itu, Abu Bakar bertindak tegas, memutuskan untuk menumpasnya. Ia membentuk sebelas pasukan yang masing-masing dipimpin oleh panglima perang yang tangguh, seperti Khalid bin Walid, Amr bin Ash, Ikrimah bin Abu Jahal, dan Syurahbil bin Hasanah.
Dalam buku Ensiklopedi Islam disebutkan, ijtihad politik Abu Bakar tersebut membawa dampak positif bagi umat Islam. Di satu sisi, keberhasilan pasukan Islam menumpas semua jenis pembangkangan menumbuhkan kesadaran musuh-musuh Islam bahwa kekuatan militer umat Islam telah mapan.
Bahkan, banyak suku Arab yang dengan sukarela mengintegrasikan diri dengan Islam. Dan di sisi yang lain, secara internal, menguatkan jalinan ukhuwah para sahabat setelah perselisihan akibat perbedaan pandangan politik dalam penentuan khalifah pertama.
Setelah mampu menyelesaikan masalah internal umat, Abu Bakar memandang perlu membentengi teritori Islam dari ancaman dua negara adikuasa, Persia dan Bizantium. Abu Bakar berinisiatif menaklukkan Irak dan Suriah.
Penaklukan Irak di bawah pimpinan Khalid bin Walid. Dan penaklukan Suriah di bawah pimpinan tiga panglima, yaitu Amr bin Ash, Yazid bin Abu Sufyan, dan Syurahbil bin Hasanah.
Di samping melakukan ijtihad politik secara masif, Abu Bakar memberikan perhatian yang besar pada urusan sosial keagamaan. Prinsip-prinsip keadilan dan pemerataan beliau praktikkan dengan meneladani kearifan Rasulullah SAW.
Baca juga: 5 Pilihan Doa Ini Bisa Jadi Munajat kepada Allah SWT Perlancar Rezeki
Dia mendirikan lembaga bait al-mal atau lembaga keuangan yang dipimpin oleh Abu Ubaidah. Juga, mendirikan lembaga peradilan yang dipimpin oleh Umar bin Khattab.
Hasil ijtihad Abu Bakar yang hingga kini masih dirasakan umat Islam sedunia adalah pengumpulan ayat-ayat Alquran yang sebelumnya bertebaran di berbagai tempat.
Upaya pengumpulan ini dilakukan setelah sang khalifah setuju dengan usulan Umar bin Khattab setelah melihat banyaknya sahabat penghafal Alquran yang gugur di medan perang.