Kondisi Pengungsi Palestina di Rafah Semakin Buruk

Israel menembaki rumah yang penuh dengan perempuan dan anak-anak.

Republika/Tahta Aidilla
Sekjen Global Women Coalition for Quds and Palestine (GWQCP) Rabab Awad berbicara saat mengunjungi Redaksi Republika, Jakarta, Kamis (25/1/2024).
Rep: Lintar Satria Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Ibu lima anak asal Gaza, Palestina, Rabab Awad mengatakan kondisi pengungsian Rafah di perbatasan Palestina-Mesir sangat memprihatinkan. Lebih dari setengah dari 2,3 juta warga Gaza mengungsi ke tenda-tenda di Rafah setelah operasi militer Israel ke permukiman yang terkepung itu.

"Bayangkan kota yang dihuni 300 ribu orang kini ditinggali satu juta lebih," katanya saat berkunjung ke kantor Republika, Kamis (25/1/2024).

Rabab yang kini tinggal di Istanbul, Turki mengatakan masih banyak keluarganya yang tinggal di Gaza. Tidak sedikit yang syahid dalam serangan Israel.

Baca Juga


BACA JUGA: Surat Yasin 83 Ayat Arab, Latin, dan Terjemahan

Rabab mengatakan ia masih bisa berkomunikasi dengan keluarganya yang mengungsi ke Rafah. Sesekali ia melakukan sambungan telepon meski jaringan komunikasi termasuk internet kerap padam.

"Saya berbicara dengan keluarga saya selama satu menit," katanya.

Saat ditanya apakah anggota keluarganya juga ditinggal di tenda-tenda pengungsian. "Keluarga saya sama seperti lainnya. Semua orang di Gaza keluarga saya, semua perempuan di Gaza ibu, saudara perempuan saya," jawabnya.

70 persen kematian di Gaza...

Sebelumnya, dalam perbincangan dengan redaksi Republika, Rabab mengatakan sekitar 70 persen total kematian warga Gaza yang tewas dari serangan Israel adalah perempuan dan anak-anak. Hal ini disebabkan karena laki-laki Palestina keluar rumah saat banyak perempuan dan anak-anak yang mengungsi di rumahnya.

Israel menembaki rumah yang penuh dengan perempuan dan anak-anak. "Saya tidak tahu bisa mengatakan ini atau tidak, tapi saya sebagai perempuan Gaza, perempuan Palestina tidak percaya pada organisasi kemanusiaan," katanya.

"Bila mereka ingin menegaskan posisi mereka atau bertindak sebagai organisasi kemanusiaan untuk melindungi perempuan mereka harus mengaktifkan Konvensi Hak Asasi Manusia tidak terkadang diaktifkan terkadang tidak," tambah Rabab.

"PBB tidak bisa melakukan apa-apa, tidak ada yang bisa melakukan apa-apa untuk Jalur Gaza saat ini."

Rabab mengatakan saat ini semua rakyat Palestina kehilangan kepercayaan. "Di mana kemanusiaan? Mereka semua... contohnya Barat mengatakan ini-itu, kita memiliki Konvensi Hak Asasi Manusia, mereka juga memiliki hak asasi untuk hewan, di mana hak asasi untuk rakyat Palestina," katanya.

Kekerasan Israel di Gaza semakin...

Kekerasan Israel di Gaza semakin memburuk. Pada Rabu (24/1/2024) PBB mengatakan tank Israel menembak komplek PBB yang menampung pengungsi Palestina yang menyebabkan "korban massal." Namun Israel membantah pasukannya bertanggung jawab atas serangan itu dan menuduh Hamas yang melepas tembakan.

Serangan ke pusat pelatihan vokasi yang menampung 30 ribu orang pengungsi di Khan Younis di selatan Gaza memicu kecaman dari Amerika Serikat (AS).

"Korban jiwa berjatuhan, beberapa bangunan terbakar dan ada laporan kematian. Banyak orang yang mencoba melarikan diri dari tempat kejadian, tetapi tidak dapat melakukannya," kata Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Palestina, James McGoldrick.

Direktur urusan Gaza untuk badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) Thomas White mengatakan dua rudal menghantam salah satu bangunan di mana sekitar 800 pengungsi berlindung. Sedikitnya sembilan orang tewas dan 75 lainnya luka-luka. Kepala UNRWA Philippe Lazzarini, mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan lebih tinggi.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler