Biden Sudah Putuskan Respons Serangan Balasan
Respon tersebut akan dilakukan secara bertahap.
REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan ia sudah memutuskan bagaimana merespons serangan drone di perbatasan Yordania-Suriah yang menewaskan tiga tentara AS. Biden mengatakan ia tidak ingin memperluas konflik di Timur Tengah namun menolak untuk menjelaskan rencananya lebih lanjut.
Sebelumnya Biden menuduh kelompok-kelompok milisi yang didukung Iran sebagai pelaku serangan ke pangkalan militer AS itu. Serangan digelar saat Timur Tengah sudah bergejolak akibat perang Israel ke Gaza.
Para pejabat AS mengatakan mereka masih menentukan kelompok mana yang bertanggung jawab atas serangan pertama yang menewaskan tentara AS sejak gelombang serangan terhadap pasukan AS di wilayah tersebut sejak serangan Hamas terhadap Israel pada tanggal 7 Oktober 2023.
Biden dijadwalkan menghadiri upacara pemindahan untuk menandai kembalinya pasukan yang gugur ke tanah Amerika pada Jumat (2/2/2024). Ia menjawab sudah memutuskan tanggapannya, karena mengindikasikan ia ingin mencegah eskalasi lebih lanjut.
"Saya rasa kami tidak membutuhkan perang yang lebih luas di Timur Tengah," kata Biden di Gedung Putih sebelum berangkat ke Florida untuk acara menggalang dana, Selasa (30/1/2024). "Bukan itu yang saya cari."
Belum diketahui apakah maksud Biden ia telah memutuskan rencana untuk menggelar serangan balasan. Seorang pejabat AS mengatakan Pentagon masih mengkaji opsi-opsi untuk menanggapi serangan di Yordania.
Kepada wartawan yang ikut dalam penerbangan bersama Biden dengan Air Force One, juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby mengatakan, ia tidak akan mengungkapkan rencana AS untuk merespons serangan itu, namun ia mengindikasikan respons tersebut akan dilakukan secara bertahap.
"Sangat mungkin apa yang akan Anda lihat adalah pendekatan berjenjang, bukan hanya satu tindakan, tetapi kemungkinan beberapa tindakan selama periode waktu tertentu," katanya. Sementara itu, dalam pernyataannya pada Selasa (30/1/2024) pernyataan milisi Irak yang didukung Iran, Kataib Hizbullah, salah satu dari beberapa kelompok yang diawasi pemerintah AS, mengumumkan penangguhan operasi militer dan keamanan terhadap pasukan pendudukan untuk mencegah mempermalukan pemerintah Irak.
Serangan-serangan terhadap pasukan AS yang dilakukan milisi-milisi Irak selama empat bulan terakhir ini menempatkan pemerintahan Perdana Menteri Irak, Mohammed Syiah al-Sudani, dalam posisi yang canggung. Sudani diangkat ke tampuk kekuasaan faksi-faksi yang bersekutu dengan Iran.
Namun ia juga berusaha untuk tetap menjaga hubungan baik dengan Washington dan mengutuk serangan-serangan terhadap pasukan AS yang bertugas di Irak sebagai bagian dari komisi internasional untuk memerangi ISIS. Pada Sabtu (27/1/2024) lalu pejabat Irak dan AS menggelar pembicaraan yang bertujuan untuk mengakhiri kehadiran komisi internasional tersebut.
Kirby mengatakan Biden berbicara dengan keluarga para prajurit yang gugur pada Selasa (30/1/2024) pagi. Biden menyampaikan belasungkawa, serta menjanjikan bantuan penuh kepada keluarga-keluarga yang berduka.
Dalam sambungan telepon dengan para keluarga prajurit yang gugur, Biden juga bertanya tentang perasaan mereka atas kehadirannya pada upacara pemindahan jenazah di Pangkalan Angkatan Udara Dover di Delaware pada Jumat mendatang. "Semuanya mendukung kehadirannya di sana," kata Kirby.
"Dia berterima kasih atas pengabdian mereka. Dia mengungkapkan kepada mereka betapa bangganya kami semua atas pengabdian mereka," kata Kirby tentang sambungan telepon Biden dengan para keluarga prajurit.
"Betapa kami berduka dan merasakan kesedihan atas kehilangan mereka." Pentagon mengidentifikasi prajurit yang gugur adalah Sersan William Jerome Rivers, 46 tahun, dari Carrollton, Georgia; Sersan Kennedy Ladon Sanders, 24 tahun, dari Waycross, Georgia; dan Sersan Breonna Alexsondria Moffett, 23 tahun, dari Savannah, Georgia.