Genjot Produksi Jagung, Mentan Optimistis Hentikan Impor
Amran optimistis peningkatan produksi secara nasional akan mampu menyetop impor.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman berupaya menggenjot tanam jagung sebagai upaya meningkatkan produksi secara nasional. Amran optimistis peningkatan produksi jagung secara nasional akan mampu menyetop impor dan kembali melakukan ekspor.
Hal ini disampaikan Amran saat melakukan panen dan tanam jagung di Medan, Sumatera Utara dengan produktivitas mencapai 8 ton per hektare. Lokasi panen dan tanam jagung berada di lahan yang digarap oleh Kelompok Tani Pembangunan dengan Hamparan Tanam/Panen Jagung kurang lebih 10 hektare dengan Indeks Pertanaman (IP) satu tahun 3 kali dan pola tanam jagung-jagung-jagung.
“Kami sangat bahagia, karena ini adalah panen perdana setelah kami ditakdirkan menjadi menteri, umur jagung tiga bulan sekarang sudah mulai panen, semoga kita bisa menghentikan impor. Periode pertama Bapak Presiden Joko Widodo kita bisa swasembada bahkan ekspor, kita harus ulangi prestasi ini," ujar Amran dikutip dari siaran persnya, Senin (5/2/2024).
Amran mengatakan, jagung adalah salah satu komoditas tanaman pangan yang sangat strategis dan berpotensi meningkatkan kesejahteraan petani. Selain pangsa pasar yang sangat terbuka, dengan budidaya yang cukup mudah, saat ini harga jagung sangat stabil bahkan cenderung tinggi.
“Hari ini, kita lihat panen luar biasa, karena saya tanya tadi produksinya kurang lebih 8 ton, ini luar biasa, kami akan berikan bantuan langsung," kata Amran.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Dirjen PSP), Ali Jamil, mengatakan Sumatera Utara tercatat menjadi salah satu wilayah sentra penghasil jagung nasional. Dirinya yakin dengan dukungan pemerintah terhadap aktivitas produksi petani di lapangan, peningkatan produksi jagung nasional akan tercapai.
“Kita ingin menyampaikan ke publik, secara nasional jagung kita cukup, di Sumatera Utara, salah satu sentra jagung nasional, di Kabupaten Karo saja ada 104.000 hektare, dan masih ribuan hektare yang panen jagung, dan petani di sana begitu panen langsung tanam, mumpung ada hujan," ujarnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Pembangunan, Mangantar Harahap menyampaikan alasan petani di wilayahnya banyak menanam jagung. Hal ini karena budi dayanya yang cukup mudah dan harganya yang stabil bahkan saat ini cukup tinggi.
“Pertama, jagung ini termasuk tanaman-tanaman tinggal, sehingga sambil menunggu panen kita bisa bekerja yang lain. Kedua, dia tahan dengan cuaca, hujan kemarau juga masih bisa bertahan, dan selama kami menanam jagung, hasilnya bisa dibilang mampu mendorong kehidupan petani, karena harga jagung saat ini tinggi sekitar Rp 5.000," ungkap Mangantar.