Dokter: Ibu Stunting Dapat Lahirkan Bayi Sehat

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis.

ANTARA FOTO/Irwansyah Putra
Petugas dinas kesehatan mengukur besar kepala bayi pada aksi timbang serentak untuk pencegahan stunting di gampong (desa) Pande, Banda Aceh, Aceh, Rabu (2/8/2023). Aksi timbang serentak di seluruh posyandu itu untuk menurunkan angka stunting nasional yang ditargetkan Kementerian Kesehatan dari 21,6 persen pada tahun 2022 menjadi 14 persen pada 2024 mendatang.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan dr. Boy Abidin, Sp.OG (K) mengatakan bahwa ibu yang sudah mengalami stunting dapat melahirkan bayi sehat bebas stunting dengan menerapkan 10 langkah pencegahan stunting di seribu hari pertama kehidupan sang bayi.

“Kalau ibunya sudah terlanjur (mengalami) stunting, bukan berarti akan berhenti di situ. Kita bisa memutus mata rantainya, jangan sampai generasi berikutnya stunting lagi,” kata dr. Boy saat ditemui dalam acara bincang-bincang di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan, Selasa (6/2/2024).

Dokter Boy lulusan pendidikan kedokteran Universitas Padjadjaran ini menambahkan, “Jadi, ibu ini perlu diedukasi supaya dia bisa menyiapkan generasi berikutnya dengan lebih baik,” katanya.

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada seribu hari pertama kehidupan. Kondisi ini dapat menyebabkan hambatan perkembangan kognitif dan motorik, penurunan kapasitas intelektual, dan meningkatkan risiko penyakit tidak menular di masa depan.

Oleh karena itu, seorang ibu perlu menerapkan 10 langkah pencegahan stunting, di samping pemenuhan asupan gizi seimbang untuk anaknya supaya mereka dapat tumbuh dengan baik dan sehat.

Pertama, ibu hamil perlu makan lebih banyak dari biasanya. Atur pola makan sehat dengan memperbanyak makan buah dan sayur, serta lengkapi dengan lauk-pauk sesuai kebutuhan gizi per harinya.

“Kedua, konsumsi tablet penambah darah saat kehamilan berlangsung hingga masa nifas (kurang lebih 6 minggu pasca melahirkan). Tablet penambah darah dapat mencegah anemia dan menjaga sistem ketahanan tubuh ibu serta bayinya,” kata anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini.

Ketiga, lakukan IMD atau Inisiasi Menyusui Dini. Saat bayi baru lahir, usahakan untuk melakukan IMD agar bayi mendapat kolostrum ASI yang kaya akan daya tahan tubuh dan dapat mencegah bayi dari risiko infeksi.

Keempat, atasi kekurangan iodium pada ibu hamil dengan memberikan garam ber-iodium. Kandungan iodium dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan janin, serta mencegah bayi terlahir cacat.

Kelima, berikan ASI eksklusif untuk bayi usia 0-6 bulan. Keenam, berikan ASI selama kurang lebih 23 bulan dan berikan Makanan Pendamping ASI (MPASI) saat bayi memasuki 6 bulan.

Ketujuh, tanggulangi cacingan dengan menjaga kebersihan diri serta lingkungan. Kedelapan, berikan imunisasi dasar lengkap pada bayi, mulai dari imunisasi campak hingga hepatitis B.

“Berikutnya masalah sanitasi. Jadi, jangan sampai anaknya lahir, tapi jambannya (toilet) tidak ada, air bersihnya tidak ada dan anak terkena diare karena kuman atau lainnya. Scoop-nya luas kalau bicara stunting,” kata dia.

Boy juga mengingatkan agar ibu hamil rajin memeriksakan kehamilan mereka ke dokter atau bidan untuk mengetahui pertumbuhan anak selama masa kandungan. Dengan begitu, kondisi stunting dapat dicegah untuk generasi emas di masa depan.

“Mulai dari yang kecil, mulai dari keluarga kita sendiri. Para ibu harus betul-betul menjaga dan merawat anak dengan baik agar terbentuk komunitas keluarga masyarakat yang bebas stunting,” demikian dr. Boy mengakhiri penjelasannya.

Baca Juga


sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler