Hamas Usulkan Tiga Tahap Gencatan Senjata dalam Rentang 135 Hari
Hamas akan membebaskan semua sandera perempuan Israel, orang tua dan lansia.
REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Kelompok Hamas dilaporkan mengusulkan tiga tahap gencatan senjata dengan Israel yang akan berujung pada berakhirnya pertempuran di Jalur Gaza. Hamas diketahui telah menerima proposal gencatan senjata yang disusun Qatar, Mesir, Amerika Serikat (AS), dan Israel.
Menurut rancangan dokumen yang dilihat Reuters, Rabu (7/2/2024), proposal tandingan Hamas membayangkan tiga fase gencatan senjata. Masing-masing fase berlangsung selama 45 hari. Artinya rentang waktu hingga pertempuran di Gaza berakhir sepenuhnya adalah 135 hari.
Dalam proposal Hamas, dalam 45 hari pertama, mereka akan membebaskan semua sandera perempuan Israel, orang tua dan lansia, serta laki-laki berusia di bawah 19 tahun. Sebagai imbalannya, Tel Aviv harus membebaskan perempuan dan anak-anak Palestina dari penjara-penjara di Israel serta Tepi Barat.
Sisa sandera laki-laki Israel berusia di atas 19 tahun akan dibebaskan pada tahap kedua dan ketiga. Selama periode gencatan senjata, Hamas juga siap melakukan pertukaran jenazah dengan Israel. Jasad anggota Hamas ditukar dengan jasad tentara Israel.
Pada fase akhir, Hamas berharap dapat mencapai kesepakatan dengan Israel untuk sepenuhnya menghentikan pertempuran di Gaza. Artinya Israel harus menarik pasukan mereka dari wilayah tersebut. Setelah penarikan dilakukan, proses rekonstruksi Gaza akan dimulai.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken telah tiba di Israel pada Rabu. Kesepakatan gencatan senjata di Gaza disebut akan menjadi topik utama Blinken saat bertemu para pejabat tinggi Israel, termasuk Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Itu merupakan kunjungan keenam Blinken ke Israel sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023.
Sebelumnya Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengatakan Hamas telah memberikan respons positif atas proposal gencatan senjata yang disusun negaranya bersama Mesir, AS, dan Israel.
“Kami telah menerima balasan dari Hamas sehubungan dengan kerangka umum perjanjian mengenai (pembebasan) sandera. Balasannya mencakup beberapa komentar, tetapi secara umum positif,” kata Sheikh Mohammed, Selasa (6/2/2024), dikutip laman Al Arabiya.
Pada 28 Januari 2024, Sheikh Mohammed telah melakukan pertemuan dengan Direktur Badan Intelijen Pusat AS (CIA) William Burns dan Direktur Badan Intelijen Israel (Mossad) di Paris, Prancis. Kepala Badan Intelijen Umum Mesir Abbas Kamel turut berpartisipasi dalam pertemuan tersebut.
Mereka membahas tentang....
Mereka membahas tentang potensi penerapan gencatan senjata dan pertukaran sandera dengan tahanan Palestina. Sejak pecahnya perang di Gaza pada 7 Oktober 2023 lalu, Qatar, Mesir, dan AS telah menjadi mediator dalam negosiasi Israel dengan Hamas.
Sheikh Mohammed mengungkapkan, pembicaraan di Paris berlangsung positif. Dia menyebut, kerangka yang mengarah pada gencatan senjata permanen di Gaza sudah disusun. “(Para pihak) berharap untuk menyampaikan proposal ini kepada Hamas dan membawa mereka ke tempat di mana mereka terlibat secara positif serta konstruktif dalam proses,” katanya.
Sheikh Mohammed menjelaskan, dalam kerangka yang sudah disusun, tercakup gencatan senjata dan pembebasan para sandera yang terdiri perempuan serta anak-anak. Hal itu kemudian diikuti dengan masuknya konvoi bantuan kemanusiaan ke Gaza. Sheikh Mohammed optimistis, kerangka tersebut akan mengarah pada gencatan senjata permanen.
Pada 24 November hingga 1 Desember 2023, Israel dan Hamas sempat memberlakukan gencatan senjata kemanusiaan. Kesepakatan itu tercapai berkat peran mediasi Qatar, Mesir, dan AS. Selama periode gencatan senjata, kedua belah pihak melakukan pertukaran pembebasan tahanan dan sandera. Hamas membebaskan 105 sandera. Mereka terdiri dari 81 warga Israel dan sisanya adalah warga asing. Sebagai imbalan atas pembebasan para sandera, Israel membebaskan 240 tahanan Palestina.
Pada 9 Desember 2023 lalu, Israel mengatakan Hamas masih menahan 137 sandera di Gaza. Hamas sempat menyampaikan bahwa mereka telah kehilangan kontak dengan sejumlah sandera akibat agresi tanpa henti Israel ke Gaza. Hamas memperkirakan beberapa sandera telah terbunuh serangan Israel.