Rangkaian Acara Labuhan Merapi Dimulai

Labuhan merapi menjadi bentuk syukur manusia kepada Sang Pencipta.

Dok.Humas Pemkab Sleman
Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menerima uba rampe (perlengkapan) labuhan Merapi dari utusan Sri Sultan Hamengkubuwono X, dalam upacara serah terima uba rampe labuhan Merapi yang digelar di kantor Kapanewon Cangkringan, Selasa (21/2).
Rep: Febrianto Adi Saputro Red: Gita Amanda

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Rangkaian acara Labuhan Merapi resmi dimulai. Dimulainya Labuhan Merapi ditandai dengan diterimanya Ubarampe Labuhan Merapi dari utusan Ngarsa Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X kepada Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo yang kemudian diserahkan kepada juru kunci Merapi yakni Wedono Surakso Hargo Asihono.

Baca Juga


Serah terima Ubarampe Labuhan Merapi dilaksanakan di kantor Kapanewon Cangkringan, Ahad, (11/2/2024) lalu. Adapun ubarampe yang diserahterimakan terdiri dari Sinjang Kawung Kemplang, Semekan Gadung, Semekan Gadung Mlati, Kampuh Paleng, Desthar Daramuluk, Desthar Udaraga serta Arta Tindih dan lainnya.  

Setelah prosesi serah terima, ubarampe kemudian dibawa ke petilasan Mbah Maridjan yang berada di Kinahrejo dan akan dibawa ke Bangsal Sri Manganti di Gunung Merapi untuk prosesi labuhan pada Senin (12/2/2024).

Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menerima uba rampe (perlengkapan) labuhan Merapi dari utusan Sri Sultan Hamengkubuwono X, dalam upacara serah terima uba rampe labuhan Merapi yang digelar di kantor Kapanewon Cangkringan, Selasa (21/2). - (Dok.Humas Pemkab Sleman)

Kustini menyambut baik pelaksanaan tradisi Labuhan Merapi ini. Tak hanya sekadar tradisi, menurutnya labuhan merapi menjadi bentuk syukur manusia kepada Sang Pencipta Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunia yang telah diberikan.

"Melalui tradisi labuhan merapi ini menunjukkan sikap gotong royong, guyub rukun, golong gilig dan wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus memperingati Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan Hamengkubuwono X," kata Kustini dalam keterangannya.

Kustini mengaku bangga dengan antusiasme masyarakat Sleman dalam menyambut dan berpartisipasi dalam upacara adat labuhan merapi ini. Menurutnya, labuhan merapi menjadi pembuktian bahwa upacara adat labuhan merapi masih sangat mengakar pada masyarakat dan relevan untuk dilakukan sampai saat ini, karena memiliki filosofi yang bijaksana dan mengandung nilai luhur serta mencerminkan masyarakat Yogyakarta yang agamis, humanis, dan berbudaya.

Labuhan Merapi adalah tradisi rutin tahunan dalam rangka memperingati Tingalan Jumenengan Dalem atau ulang tahun kenaikan tahta Sri Sultan Hamengkubuwono X sebagai raja Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler