Ini 5 Sektor Penyumbang Terbesar Ekspor Industri Manufaktur
Kemenperin targetkan realisasi ekspor industri manufaktur capai 193,4 miliar dolar AS
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebutkan, realisasi ekspor industri manufaktur selama Januari-Desember 2023 melampaui target yang ditetapkan. Sebelumnya diproyeksi sekitar 186,40 miliar dolar AS, namun realisasinya menembus 186,98 miliar dolar AS.
Pada tahun ini, kata dia, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menargetkan realisasi ekspor industri manufaktur mencapai 193,4 miliar dolar AS. "Kami optimistis bisa tercapai," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (15/2/2024).
Kinerja ekspor tersebut dinilai berperan besar terhadap pembentukan neraca perdagangan industri manufaktur menjadi surplus sebesar 17,39 miliar dolar AS pada 2023. Itu artinya melanjutkan capaian surplus pada 2022 lalu.
Adapun lima sektor yang menjadi penyumbang paling besar terhadap capaian nilai ekspor industri manufaktur nasional sepanjang 2023, yakni industri logam dasar sebesar 42 miliar dolar AS. Lalu, disusul industri makanan dan minuman (41,69 miliar dolar AS), industri barang logam, komputer, barang elektronik, optik, dan peralatan listrik (18,12 miliar dolar AS), industri kimia, farmasi dan obat tradisional (17,30 miliar dolar AS), serta industri alat angkutan (13,12 miliar dolar AS).
Sementara, apabila dilihat dari 2019-2022, terjadi tren peningkatan ekspor industri pengolahan nonmigas nasional. Pada 2019, ekspor produk manufaktur mencapai 127,38 miliar dolar AS, naik menjadi 131,09 miliar dolar AS pada 2020.
Kemudian, pada 2021, naik lagi menembus 177,20 miliar dolar AS dan melonjak signifikan jadi 206,06 miliar dolar AS pada 2022. Dalam meningkatkan diversifikasi produk ekspor, Kemenperin terus mendorong jenis produk ekspor yang dihasilkan dengan kompleksitas tinggi atau bernilai tambah tinggi seperti dari hasil hilirisasi nikel.
“Jenis produk baru yang diekspor dengan high complexity, sebagian besar berupa logam dasar hasil hilirisasi nikel, seperti stainless steel ingot dan CRC, serta kendaraan roda dua. Selainnya merupakan produk baru dengan low complexity, seperti aluminium oksida, dan turunan CPO,” jelas Agus.