Fakta Warung Ibu Gaul, Saksi Bisu Perundungan Geng 'TAI' Siswa Binus School
Pihak warung mengaku kecolongan dengan adanya peristiwa perundungan tersebut.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nama Warung Ibu Gaul (WIG) mendadak jadi perhatian publik lantaran tersebar video perundungan yang dilakukan oleh segerombol siswa Binus School Serpong, Tangerang Selatan. Hermanto, anak dari sang empu warung tersebut, mengaku tak tahu apa-apa soal kejadian dalam video itu.
"Jujur saya nggak tahu apa-apa. Tiba-tiba jadi rame begini," ucap Hermanto di salah satu ruangan rumahnya, yang masih satu bagian dengan warung, di Serpong, Tangerang Selatan, Selasa (20/2/2024).
Hermanto bercerita soal bagaimana dia dan keluarga bisa 'dekat' dengan siswa-siswi Binus School Serpong. Warung yang menyediakan makanan dan minuman itu sudah menjadi tempat berkumpul para siswa sekolah internasional itu sejak 2009.
"Dari awal sekolah ini ada emang anak-anaknya suka kumpul-kumpul di sini. Dulu ya bisa 30 orang kumpul-kumpul di bawah sini," tutur dia sembari menunjuk teras rumah yang lokasinya berada di samping bawah warung tempat dia berjualan.
Saking seringnya, orang tua Hermanto sudah dianggap sebagai orang tua sendiri pula oleh anak-anak yang berkumpul di sana. Hal itulah yang kemudian membuat para alumni mengontaknya untuk menanyakan kabar setelah kasus perundungan meledak di publik.
"Pada nanya, 'WIG aman kan? Ibu nggak kenapa-kenapa kan?' Khawatir mereka karena ibu itu udah dianggep orang tua sendiri juga," jelas dia.
Biasanya, anak-anak Binus School berkumpul di warungnya sepulang sekolah hingga pukul 17.00 WIB. Paling lama sampai waktu maghrib tiba. Di sana, kata dia, anak-anak itu biasa berkumpul bercanda-canda seperti biasa. Karena itu, dia tak mengira warungnya menjadi tempat segerombol anak-anak tersebut melakukan perundungan.
Tak Selalu Terpantau
Warungnya kerap disebut dengan sebutan WIG oleh mereka yang berkumpul di sana, termasuk para alumni yang sudah lama lulus dari sekolah. Jarak warung milik ibu dari Hermanto itu tak jauh dari gerbang sekolah yang mengarah ke Jalan Jelupang Raya, hanya sekitar 30 meter.
Untuk menuju ke WIG, anak-anak sekolah hanya perlu menyeberang jalan yang tak begitu lebar dan masuk ke dalam jalan kecil. Dari sana letak warung berada sekitar 15 meter di sisi kiri jalan. Untuk menuju tempat duduk-duduk pembeli, yakni teras rumahnya, ada jalan gang kecil turun.
Ketika berjualan, Hermanto dan keluarganya semua berada di warung atas. Dia hanya ke bagian bawah ketika mengantarkan makanan atau minuman yang dipesan oleh anak-anak. Setelah mengantar, dia kembali lagi menuju warung. Sebab itu, dia tak begitu tahu apa yang terjadi di sana.
Tapi, bukan berarti dia diam saja ketika anak-anak itu sudah terlalu bising ketika berkumpul. Hermanto mengatakan, dia akan turun menegur anak-anak itu jika mereka sudah terlalu berisik karena takut mengganggu tetangga sekitar. Warungnya memang berada di tengah perkampungan.
Hermawati, saudari Hermanto, mengatakan, dia tak akan tinggal diam jika memang mendengar suara begitu kencang dari arah anak-anak itu berkumpul. Dia akan mengingatkan anak-anak itu untuk tidak berperilaku macam-macam.
"Kayak suara kenceng saya turun 'ini kenapa' 'oh engga bu becanda doang' awas ya jangan ada yang macam macam enggak bu, kita janji gak ngapa-ngapain di sini," tutur Hermawati.
Hermanto menambahkan, dia mengaku kecolongan atas kejadian tersebut. Karena itu, dia berencana memasang CCTV agar kejadia serupa tak kembali terjadi di warungnya. "Kesel juga (ada kejadian ini). Dari kejadian ini saya bakal pasang CCTV rencananya, namanya udah jelekin kayak gini dong. Biar bukti," kata dia.
Pihak sekolah Bina Nusantara (Binus) School buka suara terhadap kasus bullying yang menimpa anak didiknya. Binus menyatakan akan memproses siswa yang terlibat kasus perundungan di Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banten.
"Sejauh ini dalam penanganan sekolah dan menjadi prioritas untuk ditindaklanjuti, sejauh ini kita sudah memanggil yang terlibat dan masih dalam proses," kata Public Relation Binus Group Haris Suhendra dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Senin (19/2/2024).
Haris menjelaskan pihaknya akan terus mendorong terciptanya inklusivitas, menghadirkan rasa simpati dan empati serta saling menghormati. "Kami peduli dengan kenyamanan dan keamanan seluruh siswa, guru dan staf kami dan sedang menyelidiki peristiwa ini secara serius dan cepat, " katanya.