Analis Sebut Ekonomi Dunia Lebih Berdampak ke Pasar Modal Dibandingkan Pemilu
Pada 2024 dan 2025, IHSG dan rupiah akan dipengaruhi kebijakan suku bunga AS.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Chief Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto menilai perkembangan perekonomian dan geopolitik dunia lebih berdampak terhadap geliat pasar modal Indonesia dibandingkan hasil pelaksanaan Pemilu 2024.
"Sebetulnya tantangan yang masih sangat besar pada 2024 dan 2025 adalah kinerja pasar kita, IHSG, dan rupiah akan sangat dipengaruhi secara signifikan oleh arah suku bunga di Amerika Serikat," ujar Rully Arya Wisnubroto di Jakarta, Selasa (20/2/2024).
Selain suku bunga bank federal AS, menurutnya tingkat inflasi serta proyeksi perlambatan ekonomi di negara-negara maju juga amat berpengaruh terhadap kondisi makro ekonomi Indonesia. Ia mencatat bahwa kondisi perekonomian global tersebut juga berpotensi menurunkan harga komoditas sehingga akan memengaruhi neraca perdagangan Indonesia.
Selain itu, Rully menuturkan bahwa situasi kondisi geopolitik dunia yang semakin memanas serta banyaknya kekuatan ekonomi dunia yang juga melaksanakan pemilu tahun ini dapat meningkatkan ketidakpastian ekonomi global. Ia mengatakan bahwa IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi global pada 2024 dan 2025 cenderung lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan rata-rata 20 tahun terakhir sebelum pandemi.
"Jadi, kalau rata-rata 20 tahun terakhir sebelum pandemi itu di kisaran 3,5 sampai 4 persen, selama dua tahun mendatang mungkin hanya akan tumbuh 3,1, hingga 3,2 persen," ucapnya.
Head of Research Team Mirae Asset Robertus Hardy menyatakan bahwa setelah pemilu usai, kini fundamental saham domestik kembali menjadi perhatian utama para investor. Hal ini terlihat ketika IHSG mengalami rally pada dua hari pasca pemilu, tapi lalu terkoreksi pada hari kelima pascapemilu karena respons pasar terhadap Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang digelar mulai hari ini.
"Dengan terangkatnya ketidakpastian terkait pemilu (karena sudah ada hasil quick count), maka para investor, terutama investor asing akan kembali lagi melihat fundamental saham," kata Robertus.