Sedang Tayang di Bioskop, Land of Bad tak Cocok Buat Penonton yang Cari Film Aksi Serius
Land of Bad yang dibintangi Russel Crowe terasa seperti bergenre komedi .
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Empat orang tentara Amerika Serikat bertugas dalam sebuah operasi pasukan khusus di Filipina Selatan. Mereka diutus untuk menyelamatkan seorang agen CIA yang dikabarkan tertangkap di tengah milisi yang bercokol di wilayah liar tersebut.
Tim Delta Force itu terdiri dari tiga prajurit angkatan darat serta seorang pengendali serangan terminal gabungan (JTAC) yang tugasnya mengarahkan pesawat militer selama operasi tempur. Untuk itu, sang petugas JTAC terhubung dengan Angkatan Udara AS.
Saat menyasar posisi target, secara tidak terduga terjadi perubahan kondisi, di mana misi awal mereka berubah jadi pertempuran sengit. Setelah pertarungan penuh ledakan dan tembakan, yang tersisa hanya Kinney (Liam Hemsworth), sang personel JTAC.
Kinney berusaha kembali ke lokasi aman dan titik penjemputan dengan bimbingan Reaper (Russell Crowe), pilot drone angkatan udara AS. Namun, berbagai insiden terjadi selama perjalanan, yang mengubah pandangan tentara muda itu tentang perjuangan bertahan hidup.
Upaya Kinney menyelamatkan diri sudah bisa disimak di film Land of Bad yang mengusung genre action thriller. Sinema arahan sutradara William Eubank ini penuh adegan eksplosif dan aksi laga menarik, sehingga pas jika ditonton penggemar film action.
Peringatan untuk penonton yang mengharapkan film serius atau bermakna, sebaiknya mundur saja dan mencari tayangan lainnya. Sebab, sejak awal film, terkesan bahwa kisah yang diusung di sinema ini tidak "seserius itu", bahkan bisa saja jika disebut ini sebuah lelucon besar.
Pertama, adegan awal film dimulai dengan Kinney yang bingung memilih sereal kemasan untuk dimakan sebelum dia menjalankan misi di sebuah tempat superberbahaya. Lantas, alasan dirinya ditugaskan ke lokasi red zone itu yang diungkap dalam film terbilang ngaco.
Setelah misi penyelamatan gagal, fokus cerita pun hanya bagaimana Kinney bisa bertahan hidup dan mengandalkan instingnya sebagai manusia. Rasa-rasanya, hal itu kurang signifikan untuk sebuah sinema laga, jika dimaksudkan mengusung cerita serius.
Belum lagi, di sela adegan mencekam tim Delta di lapangan, berselang-seling ada situasi di "markas" AU, di mana Reaper dan mitranya mengendalikan drone untuk tembakan. Selain mereka berdua yang bertugas, tentara lainnya malah asyik menonton pertandingan basket di televisi.
Barangkali, Land of Bad sengaja memberikan sindiran atas profesionalisme tentara. Satire itu begitu kocaknya hingga di beberapa bagian, film ini jadi terasa seperti bergenre komedi walau sama sekali bukan. Saking tidak masuk akalnya, sampai-sampai tak terbayang jika kejadian serupa betulan terjadi di kalangan tentara AS.
Untungnya, tentara yang ada di lapangan benar-benar terlihat seperti tentara sungguhan dengan berbagai aksi serta cara kerja mengesankan. Akting para pemeran itu pun cukup baik, termasuk performa kakak-beradik Luke Hemsworth dan Liam Hemsworth.
Namun, sebenarnya tidak jelas juga apa konflik mereka dengan teroris dalam Land of Bad, yang penggambaran sosok antagonisnya pun amat mengarah pada stereotipe. Formula film ini pun terasa sama dengan sejumlah sinema misi penyelamatan.
Terlepas dari adegan pertempuran menegangkan, entah mengapa Land of Bad hanya menyisakan perasaan geli. Khususnya, soal penggambaran Amerika "si paling penyelamat" yang selalu berjaya di akhir cerita.