Cara Mengajarkan Batasan Sentuhan Fisik kepada Anak

Orang tua perlu mengajarkan anak tentang otonomi mereka atas tubuhnya sejak dini.

Republika/Mardiah
Batasan sentuhan fisik kepada anak (ilustrasi). Orang tua perlu mengajarkan anak tentang otonomi mereka atas tubuhnya sejak dini.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Qommarria Rostanti

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat membahas soal anak, fokus orang tua kerap tertuju pada makanan sehat dan sistem pendidikan yang berkualitas. Ada satu aspek yang terkadang terabaikan namun sama pentingnya, yaitu privasi dan batasan sentuhan fisik anak.

Baca Juga


Anak-anak memiliki hak untuk merasa aman dan nyaman dalam setiap interaksi fisik, baik dengan orang tua, anggota keluarga, maupun orang lain di sekitarnya. Sayangnya, realitasnya sering kali berbeda, di mana batasan tersebut sering dilanggar tanpa disadari. Sebenarnya, bagaimana batasan sentuhan fisik terhadap anak yang masih termasuk kategori wajar?

Organisasi dokter spesialis anak di Amerika Serikat, American Academy of Pediatrics (AAP), memberikan gambaran umum terkait sentuhan yang "boleh" dan "tidak boleh". Dikutip dari situs resmi American Academy of Pediatrics, Kamis (22/2/2024), orang tua perlu mengajarkan anak tentang otonomi mereka atas tubuhnya sejak dini. Perwakilan AAP, Shalon Nienow, mengatakan cara itu akan melindungi anak dari sentuhan yang tidak diinginkan.

Pertama, ajari anak nama yang tepat untuk seluruh bagian tubuh, termasuk alat kelaminnya. Sebut setiap bagian sesuai namanya, seperti penis, vagina, payudara, dan bokong. Mengarang nama bagian tubuh bisa memberikan kesan jelek, tabu, atau rahasia.

Setelah itu, ajari anak bagian mana yang merupakan area "pribadi", yang artinya sejumlah area tubuh tersebut tidak boleh disentuh atau dilihat tanpa izin mereka sama sekali. Dalam bahasa yang mereka pahami, beri contoh sentuhan yang diperbolehkan dalam batasan sosial, seperti tos atau berjabat tangan.

Sementara, pelukan atau ciuman bukan hal yang harus selalu dipaksakan. "Tidak apa-apa bagi anak untuk memberi tahu nenek atau kakeknya, bahkan orang lain, bahwa mereka tidak ingin memberikan ciuman atau pelukan selamat tinggal," ucap Nienow.

Tanamkan sedari dini bahwa tubuh anak adalah hak dan milik mereka sepenuhnya. Itulah konsep yang disebut otonomi tubuh. Artinya, siapa pun tidak boleh melihat atau menyentuh bagian pribadi anak tanpa izin. Pada saat yang sama, anak pun tidak boleh melihat atau menyentuh tubuh orang lain tanpa izin.

Berikan juga aturan yang tegas pada anak tentang sentuhan yang "baik" dan "tidak baik". Sentuhan baik adalah cara orang menunjukkan bahwa mereka peduli dan membantu satu sama lain, seperti saat pengasuh membantu mandi atau menggunakan toilet, atau saat dokter memeriksa untuk memastikan tubuh sehat.  

"Sentuhan yang "tidak baik" adalah sentuhan yang tidak disukai anak, menyakiti anak, membuat anak merasa tidak nyaman, bingung, takut, atau ada hubungannya dengan bagian pribadinya," ujar Nienow.

Ingatkan anak untuk selalu memberi tahu ayah, ibu, atau orang dewasa lain yang dipercaya jika ada orang yang menyentuh bagian pribadinya atau membuat mereka merasa tidak nyaman dengan cara apa pun. Hal ini perlu menjadi perhatian, sebab anak-anak bertemu dan berinteraksi dengan banyak orang dewasa atau anak-anak lain yang berbeda setiap hari.

Yang lebih penting, Nienow menyarankan orang tua dan anak untuk membangun rasa saling percaya. Ayah dan ibu harus bisa meyakinkan anak bahwa orang tua akan melakukan apa pun untuk melindungi anak dari bahaya, termasuk jika anak mendapat sentuhan yang tidak diinginkan.

"Bantu anak memahami bahwa mereka tidak akan mendapat kesulitan jika memberi tahu Anda informasi itu, dan itu adalah sesuatu yang tidak boleh dirahasiakan dari orang tua," kata Nienow. 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler