Harga Beras yang Melambung Tinggi dan Peringatan dari Sri Mulyani

Tak hanya harganya melonjak, stok beras premium juga sulit didapatkan oleh pedagang.

Republika/Tahta Aidilla
Ratusan warga rela berdesakan demi mendapat beras murah subsidi SPHP di kantor kecamatan Babelan, Bekasi Utara, Jawa Barat, Selasa (20/2/2024). Operasi pasar beras subsidi diselenggarakan oleh Bulog Karawang dengan menyediakan 10 ton untuk 2000 kupon, dijual dengan harga 53 ribu perkupon yang dapat ditukar dengan beras 5 kg. Program Stabilisasi Pasokan Dan Harga Pangan (SPHP) ludes terjual dengan waktu 2 jam saja.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Lilis Sri Handayani, Fauziah Mursid, Iit Septyaningsih, Rahayu Subekti, Antara

Baca Juga


Ratusan warga Majalengka, Jawa Barat, pada Jumat (23/2/2024), rela antre berjam-jam di Taman Bagja Raharja, Kecamatan/Kabupaten Majalengka. Di tengah harga beras yang melambung tinggi, mereka dengan sabar menunggu giliran untuk membeli beras kualitas medium seharga Rp 10.400 per kilogram, yang dijual dalam kemasan lima kilogram. Itu berarti, setiap kemasan dihargai Rp 52 ribu.

Setiap warga, hanya diperbolehkan membeli beras maksimal dua kemasan, atau seberat sepuluh kilogram, dengan harga Rp 104 ribu. Untuk warga yang telah membeli beras, diberi tanda khusus menggunakan tinta di pergelangan tangannya. Dengan adanya tanda tersebut, mereka tidak dapat mengantre kembali untuk membeli beras itu.

 

Salah seorang warga asal Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Andi (38), mengatakan, berangkat dari rumahnya sekitar pukul 07.00 WIB menuju lokasi GPM. Dia baru mendapat giliran membeli beras sekitar pukul 09.30 WIB.

 

"Beli dua kemasan (sepuluh kilogram)," kata Andi.

Andi tak sendirian. Untuk bisa membeli beras lebih banyak dalam GPM, dia datang ke lokasi GPM bersama istrinya, Katrin (35).

 

Sang istri, juga membeli beras sebanyak dua kemasan atau sepuluh kilogram. Dengan demikian, pasangan suami istri itu bisa membawa pulang beras sebanyak empat kemasan atau 20 kilogram.

"Buat persediaan Ramadhan," kata Andi.

Andi mengaku rela mengantre bersama bersama istrinya selama berjam-jam karena beras yang dijual dalam GPM lebih murah dibandingkan beras yang dijual di pasaran. "Harga beras di pasaran sudah mencapai Rp 17 ribu per kilogram," terang Andi.

Yang terjadi di Majalengka itu adalah potret dari kondisi di masyarakat secara umum saat ini. Meurut Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), tak hanya harganya yang melonjak, pedagang juga saat ini kesulitan mendapatkan beras premium.

"Ikappi menyoroti kondisi beras yang semakin melonjak harganya. Kami harus mengakui pedagang kesulitan mendapatkan beras premium karena memang stok yang dimiliki penggilingan juga terbatas," ujar Sekretaris Jenderal DPP IKAPPI Reynaldi Sarijowan kepada Republika, Jumat (23/2/2024).

Untuk menyiasatinya, pedagang pun kini menjual beras dengan harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat. "Kalau di pasar kan tentu kami bisa mengecer beras bisa dibeli dengan literan," ujar Reynaldi.

Untuk itu, Reynaldi mengingatkan kepada Pemerintah dan juga stakeholder terkait seperti produsen atau pabrik beras yang memiliki stok beras premium untuk segera mengeluarkannya. Sebab, jika tidak segera dikeluarkan maka semakin naik harganya.

"Ini yang harus di waspadai oleh semua pihak agar stok-stok yang dimiliki khususnya beras premium agar segera dikeluarkan, termasuk pabrik-pabrik lokal, karena semakin tertahan beras premium, semakin naik harganya dan kondisinya akan semakin buruk," ujarnya.

Meskipun Reynaldi mengakui penyebab lonjakan harga beras ini berkaitan dengan produksi menurun karena mundurnya musim tanam akibat El Nino. Mundurnya musim tanam ini otomatis membuat panen pun ikut mundur. Kondisi ini ditambah dengan produksi beras tahun lalu yang terbatas sehingga tidak ada ketidakseimbangan antara supply and demand

 

"Kenaikan harga beras tahun ini mencapai 20 persen lebih dibandingkan tahun lalu. Dari Rp 14 ribu ke 18 ribu perkilo," ujarnya.

 

Ia pun mendorong pemerintah untuk terus menggenjot produksi. Sebab, saat ini kebutuhan masyarakat terhadap pangan tinggi menjelang Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri.

"Untuk saat ini menjelang Ramadhan penyelesaian persoalan beras solusinya ialah menggelontorkan stok yang dimiliki oleh pemerintah, perusahaan lokal, penggilingan untuk di drop di pasar tradisional, termasuk mendorong satgas pangan mabes polri agar memantau stok yang dimiliki oleh pihak-pihak tersebut diatas agar tidak tertahan dan segera dikeluarkan," ujarnya.

Harga Gabah Melonjak, Petani Menikmati? - (Infografis Republika)

 

Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan, bahwa Indonesia akan melakukan impor beras asal Thailand sebanyak dua juta ton jika produksi dalam negeri kurang. Sekretaris Utama Bapanas Sarwo Edhy mengatakan rencana impor beras dari Thailand ini, adalah untuk menanggulangi harga bahan pokok tersebut yang tinggi bahkan lebih tinggi lagi.

"Ini bisa jadi (langkah) antisipasi melalui rakornas dan ratas, tentunya dengan persetujuan Presiden dan Menteri. Tahun lalu 2,8 juta ton, tahun ini rencananya 2 juta ton, tetapi kalau misalnya produksi dalam negeri cukup berarti impor itu tidak jadi," kata Sarwo dalam keterangan di Bandung, Ahad (18/2/2024).

Terkait dengan harga beras yang tinggi di pasaran dalam beberapa waktu terakhir sendiri, Sarwo mengatakan bahwa Bapanas menilai hal tersebut diakibatkan oleh tingginya ongkos produksi, hingga dampak El Nino 2023, yang membuat waktu tanam mundur.

"Pertama, memang ongkos produksinya naik, di pupuknya naik, kemarin dampak dari El Nino kekeringan, kemudian air juga kurang, panennya itu berkurang, sehingga hasilnya berkurang, otomatis harga naik," ujar Sarwo dalam keterangannya.

Sarwo juga menegaskan, kenaikan harga beras ini tidak ada kaitanya dengan waktu yang menjelang Ramadhan, tetapi memang dampak waktu tanam mundur dan El Nino. Disinggung terkait adanya potensi penimbunan beras karena harga sedang tinggi, Bapanas menjelaskan tidak ada penimbunan dan diharapkan dalam waktu dekat harga beras bisa normal kembali.

"Sampai saat ini belum. Jadi masih berjalan normal, sehingga mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa normal," tuturnya menambahkan.

Kepala Satgas Pangan Polri Brigjen Pol. Whisnu Hermawan pada Jumat (23/2/2024), mengatakan, pihaknya belum menemukan ada praktik penimbunan beras di gudang-gudang yang mengakibatkan ketersediaan beras di pasar terganggu. "Hingga saat ini dari gudang-gudang penyimpanan beras yang kami monitor, belum ditemukan adanya penimbunan beras," kata Whisnu.

Jenderal polisi bintang satu itu menyebut Satgas Pangan Polri tingkat pusat dan daerah rutin melakukan pengecekan dan pengawasan ke produsen serta gudang-gudang penyimpanan di sejumlah daerah untuk mengecek ketersediaan beras. Whisnu menegaskan, pihaknya bakal menindak tegas apabila ditemukan ada praktik penimbunan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang mencari keuntungan.

"Apabila ditemukan adanya perbuatan penimbunan beras tentunya, Satgas Pangan Polri akan menindak tegas dengan menerapkan aturan perundang-undangan yang berlaku, di antaranya undang-undang pangan, undang-undang perdagangan, undang-undang perindustrian dan peraturan lain yang terkait," ujarnya.

Menurut dia, dari hasil pengawasan yang dilakukan, stok beras dalam dalam kondisi cukup hingga Idul Fitri mendatang. "Satgas Pangan pastikan stok beras aman dan cukup hingga Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Idul Fitri," katanya.


 

Dalam konferensi pers APBN KiTa pada Kamis (22/2/2024), Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati memberikan peringatan terkait kenaikan harga beras yang tengah terjadi. Menurutnya, kenaikan harga beras dapat memengaruhi tingkat inflasi nasional.

"Kita waspada kenaikan harga beras bulanan 7,7 persen hingga Februari. Rata-rata harga (beras) di Rp 15 ribu per kilogram pada Februari 2024," ujar Sri Mulyani.

Tidak hanya beras, Sri Mulyani pun mengkhawatirkan harga bahan pangan lain seperti bawang putih, cabai merah, daging ayam, dan telur. Kenaikan itu, lanjutnya, terjadi menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. 

Maka, kata dia, pemerintah terus berupaya menstabilkan harga bahan pangan. Dengan begitu, inflasi bisa terjaga di level rendah. 

Disebutkan, pada bulan lalu laju inflasi relatif terjaga di level 2,57 persen year on year (yoy). Diharapkan bisa terjaga pula pada bulan ini.

Ekonom sekaligus Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal memprediksi, naiknya harga beras akan memberikan dampak pada inflasi bulan ini. "Inflasi bulanannya bisa lebih tinggi dibanding Januari kemarin, tapi tetap di bawah 0,1 persen," kata Faisal kepada Republika, Jumat (23/2/2024). 

Meskipun begitu, Faisal menuturkan tingginya harga beras saat ini memang disebabkan oleh faktor musiman. Selain itu juga saat ini masih dalam kondisi telat panen sehingga membuat harga beras cenderung tinggi.

Faisal memproyeksikan harga beras dapat berubah setelah kondisi musiman tersebut berakhir. "Tapi nanti pada Maret 2023 mestinya (harga beras) sudah turun," tutur Faisal.

Harga Beras tak Pernah Turun - (Tim Infografis)

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler