Harga Beras dan Cabai Meroket, Pemilik Warung Makan di Indramayu Mengeluh: Bikin Pusing
Keuntungan pedagang tipis, tapi bertahan yang penting masih bisa jualan
REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU---Kenaikan harga beras yang disusul dengan meroketnya harga cabai, membuat pusing para pemilik warung makan. Mereka harus mengambil langkah agar usaha mereka bisa tetap bertahan.
Seorang pemilik warung makan di Jalan MT Haryono Sindang, Kabupaten Indramayu, Ririn Slamet, mengatakan, kenaikan harga beras dan cabai sangat memberatkannya mengingat komoditas tersebut merupakan bahan baku utama jualannya. ‘’Harga naik terus, bikin pusing,’’ ujar Ririn, saat ditemui Republika di warung makannya, Rabu (28/2/2024).
Ririn mengatakan, biasa membeli beras kualitas premium untuk nasi yang dijualnya. Di pasaran, harga beras premium sudah mencapai Rp 16.500 – Rp 17 ribu per kilogram. Bahkan jika dia membeli beras di warung pengecer, harga beras premium mencapai Rp 18 ribu per kilogram.
Oleh karena itu, Ririn mengaku terpaksa menaikkan harga jual nasinya menjadi Rp 4 ribu per porsi. Sebelumnya, harga nasinya sebesar Rp 3 ribu per porsi. ‘’Naik Rp 1.000. Abis mau gimana lagi, kalau tidak naik, saya rugi. Itupun keuntungan saya tipis, yang penting masih bisa jualan,’’ kata Ririn.
Tak hanya harga beras, kenaikan harga cabai merah dan cabai rawit merah hingga diatas Rp 80 ribu per kilogran juga semakin menambah beban bagi Ririn. Pasalnya, sambal merupakan pelengkap utama masakan yang dijualnya. ‘’Kalau tidak pakai sambal, konsumen pasti protes,’’ kata perempuan yang berjualan aneka masakan layaknya Warteg tersebut.
Untuk mensiasati mahalnya harga cabai merah dan cabai rawit merah, Ririn mengaku terpaksa mengurangi kedua komoditas itu dan menggantinya dengan cabai hijau yang lebih murah. ‘’Selain itu, porsi sambal kepada konsumen juga saya kurangi,’’ kata Ririn.
Ririn berharap, harga beras dan cabai bisa secepatnya turun. Pasalnya, saat ini sudah mendekati bulan puasa.
Sementara itu, seorang pedagang sarapan di Kecamatan Indramayu, Wiwin mengatakan, lebih memilih mengurangi porsi jualannya dibandingkan menaikkan harga jualnya. ‘’Kalau dinaikin harganya, pembeli pasti protes,’’ kata Wiwin.