Fakta Tahun Kabisat, Ternyata tak Cuma Terjadi di Bumi
Pada tahun kabisat, ada penambahan satu hari pada bulan Februari, menjadi 29 hari.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2024 merupakan salah satu tahun kabisat. Setiap empat tahun sekali, kecuali dalam bilangan tahun yang habis dibagi 100 dan tidak habis dibagi 400, tahun dalam kalender Masehi disebut dengan tahun kabisat. Berbeda dengan tahun biasa, pada tahun kabisat, ada penambahan satu hari pada Februari, menjadi 29 hari.
Mengapa bulan Februari pada tahun kabisat berjumlah 29 hari? Penetapan itu merupakan konsekuensi dari pembulatan jumlah hari dalam satu tahun kalender. Seperti diketahui, dibutuhkan sekitar 365,25 hari bagi bumi untuk mengorbit matahari, atau satu tahun matahari.
Dalam setahun, 365,25 hari dibulatkan menjadi hanya 365 hari. Karena itu, untuk mengganti akumulasi hari yang hilang, perlu ditambahkan satu hari ke kalender kira-kira setiap empat tahun. Karena bulan Februari pada tahun kabisat memiliki 29 hari, bukan 28 hari, artinya ada 366 hari dalam setahun.
Dikutip dari laman Space Place milik Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA), Kamis (29/2/2024), satu tahun adalah lamanya waktu yang dibutuhkan suatu planet untuk mengorbit bintangnya sebanyak satu kali. Satu hari adalah lamanya waktu yang dibutuhkan suatu planet untuk menyelesaikan satu putaran pada porosnya.
Bumi membutuhkan waktu kurang lebih 365 hari, lima jam, 46 menit, dan 48 detik untuk mengorbit Matahari. Dengan pembulatan hari dalam setahun menjadi 365, "sisa"-nya sebenarnya tidak hilang. Untuk memastikan bagian tambahan itu tidak mengacaukan perhitungan orbit bumi ke matahari, ditambahkanlah satu hari ke kalender kira-kira setiap empat tahun. Itulah yang disebut tahun kabisat.
Keberadaan tahun kabisat penting agar tahun kalender tetap cocok dengan tahun matahari, alias jumlah waktu yang dibutuhkan bumi untuk melakukan perjalanan mengelilingi matahari. Mengurangi waktu lima jam, 46 menit, dan 48 detik dalam setahun mungkin sepertinya bukan masalah besar. Namun, jika terus menguranginya selama bertahun-tahun, segalanya bisa menjadi kacau.
Misalnya, bulan Juli adalah bulan musim panas yang hangat di tempat seseorang tinggal. Jika dunia tidak pernah memiliki penghitungan tahun kabisat, semua jam yang hilang akan bertambah menjadi hari, pekan, dan bahkan bulan. Akhirnya, dalam beberapa ratus tahun, bulan Juli akan benar-benar terjadi pada bulan-bulan musim dingin.
Penghitungan tahun kabisat ada di berbagai penanggalan, tidak cuma kalender Masehi. Kalender Hijriyah yang digunakan umat Islam, kalender Shaka yang digunakan di India, atau kalender Bengali juga mengenal tahun kabisat. Untuk kalender Cina dan kalender Ibrani, pada tahun kabisat bahkan ada penambahan bulan.
Tidak cuma di bumi, penghitungan tahun kabisat juga berlaku untuk hampir semua planet lain di tata surya. Pasalnya, tahun kabisat muncul karena memang orbit planet mengelilingi Matahari (tahun) dan rotasi pada porosnya (hari) tidak sejajar sempurna.
Sebagai contoh, Mars mempunyai tahun kabisat lebih banyak dibandingkan tahun biasa. Satu tahun di Mars sama dengan 668 sol, atau hari Mars. Namun, dibutuhkan 668,6 sol bagi Mars untuk mengelilingi matahari. Jadi, terkadang harus ditambahkan sol lain untuk membantu kalender mengejar ketinggalan. Dalam periode 10 tahun, sebanyak empat tahun di Mars memiliki 668 sol dan enam tahun merupakan tahun kabisat dengan 669 sol.