Bisakah Mobil Listrik Mendorong Pertumbuhan Ekonomi China?

Kontribusi mobil listrik terhadap pertumbuhan ekonomi China masih terbatas.

Reuters
Kebijakan agresif China dalam mengembangkan industri kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) telah berhasil menjadikan negara tersebut sebagai produsen dominan kendaraan listrik di seluruh dunia.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penasihat penelitian ekonomi dalam Studi Internasional di Grup Riset dan Statistik Federal Reserve Bank di New York, Thomas Klitgaard menyatakan kebijakan agresif China dalam mengembangkan industri kendaraan listrik bertenaga baterai (BEV) telah berhasil menjadikan negara tersebut sebagai produsen dominan kendaraan listrik di seluruh dunia. Namun, apakah hal ini akan mendorong pertumbuhan ekonomi China secara signifikan?

Baca Juga


Dilansir Liberty Street Economics pada Kamis (29/2/2024), industri BEV di China telah tumbuh pesat berkat insentif pemerintah, seperti subsidi bagi konsumen dan pembebasan pajak, serta mandat produksi kendaraan energi baru. Hal ini telah menghasilkan peningkatan produksi BEV dari sekitar satu juta unit pada 2020 menjadi lebih dari enam juta pada 2023, dengan penjualan domestik menyumbang 23 persen dari pasar mobil penumpang pada tahun lalu.

Namun, meskipun BEV telah menjadi industri yang maju secara teknologi, kontribusinya terhadap pertumbuhan PDB China terbatas. Ini karena sektor kendaraan bermotor sudah matang dan BEV tidak menghadirkan inovasi yang menciptakan permintaan baru.

BEV, meskipun maju secara teknologi, tidak menciptakan permintaan baru seperti halnya inovasi seperti komputer pribadi atau telepon seluler. Maka dari itu, pertumbuhan sektor BEV mungkin tidak akan mencapai tingkat penjualan yang signifikan.

Klaim ini diperkuat oleh fakta bahwa sebagian besar penjualan BEV China masih terbatas pada pasar domestik, dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan di Eropa dan Amerika Serikat. Meskipun begitu, penjualan BEV di luar negeri juga telah meningkat, yaitu mencapai 1,5 juta unit pada 2023.

Namun, perlindungan industri dalam negeri yang diberlakukan China, seperti tarif tinggi untuk memaksa perusahaan asing membuka pabrik lokal, serta tekanan politik untuk membatasi ekspor, dapat mengurangi keuntungan ekspor BEV bagi China. Meskipun begitu, dampak positif lainnya dari kebijakan tersebut, seperti pengurangan impor minyak bumi dan pengembangan sektor teknologi dan manufaktur, tetap memberikan manfaat signifikan bagi ekonomi China.

Dengan demikian, sementara BEV mungkin tidak secara langsung mendorong pertumbuhan PDB China secara substansial, kebijakan yang mendorong industri tersebut masih memiliki dampak yang signifikan pada sektor ekonomi lainnya dan pada pengurangan ketergantungan China terhadap impor energi. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler