Rumah Produksi Pengelolaan Sampah Didirikan di Bantul

Program ini mendapatkan tanggapan baik dari komunitas pemulung Mardiko.

Birrul Waalidaini
Tim manajemen MPM PP Muhammadiyah dan Danone melakukan kick off peletakan batu pertama dalam pembangunan rumah produksi pengelolaan sampah di Piyungan, Bantul, Kamis (29/2/2024).
Rep: Khofifah Alief Saputri/Birrul Waalidaini Sumarsono Red: Fernan Rahadi

REPUBLIKA.CO.ID, BANTUL — Penutupan pengelolaan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Piyungan oleh pemerintah DIY karena kapasitas sampah overload berdampak langsung pada anggota komunitas pemulung Makaryo Adi Ngayogyakarto (Mardiko). Kebijakan baru dari Pemerintah DIY tersebut mengakibatkan hilangnya sumber pekerjaan utama pada masyarakat setempat termasuk komunikasi Mardiko.


Melihat fenomena tersebut, Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) PP Muhammadiyah berkolaborasi dengan Danone Indonesia dan Lazismu PP Muhammadiyah, mengadakan program peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan lingkungan dan kesehatan. Kegiatan tersebut untuk meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat hingga terbentuknya ekosistem pengelolaan sampah berkelanjutan peningkatan capacity building, sarana-prasarana pengelolaan sampah, pencegahan stunting, dan peningkatan taraf kesehatan melalui Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Sebagai awal dari program ini, Kamis (29/2/2024) tim manajemen MPM PP Muhammadiyah dan Danone melakukan kick off peletakan batu pertama dalam pembangunan rumah produksi pengelolaan sampah di Jambon, Bawuran, Kecamatan Pleret, Bantul. Tempat tersebut akan digunakan sebagai tempat pemilahan dan pengolahan sampah.

Ketua MPM PP Muhammadiyah, M Nurul Yamin menuturkan dengan kegiatan ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat tentang sampah. "Sehingga dapat dikelola untuk memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat," kata Yamin, Kamis.

Wakil Ketua Badan Pengurus Lazismu Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Muarawati Nur Halinda mengatakan diharapkan selama ini sampah yang menjadi masalah bagi Indonesia akan menjadi hikmah, akan menjadi mutiara, dan akan menjadi berlian bagi masyarakat.

"Yang artinya kemudian tidak hanya memberi dampak pada pemulung tapi juga menyadarkan masyarakat bahwa ketika sampah itu dikelola dengan baik dari rumah maka akan memberi manfaat juga kepada masyarakat," kata Muarawati.

Program ini mendapatkan tanggapan baik dari masyarakat khususnya komunitas pemulung Mardiko. Salah satu anggota Mardiko, Lasiah (62) menuturkan dirinya merasa senang dengan adanya program ini karena bisa menjadi tempat mata pencahariannya. Lasiah pun berharap ke depannya lebih banyak lagi program-program seperti ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler