Kebahagiaan Orang Miskin di Akhirat, Begini Penjelasannya

Orang miskin tak selamanya menderita.

Republika/Thoudy Badai
Dzikir berharap mendapatkan ridha Allah.
Rep: Rahmat Fajar Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tidak usah bersedih jika di dunia termasuk orang miskin. Adapun bagi orang kaya tidak usah senang berlebihan karena dikaruniai harta melimpah. Sebab, orang miskin akan lebih dulu masuk surga dibandingkan orang kaya.

Baca Juga


Ahli hadis, As-Samarqandi dalam bukunya 200 Motivasi Nabi & Kisah Inspiratif Pembangun Jiwa mengungkapkan hal tersebut. Sahal bin Sa'ad berkata, "Rasulullah bersabda, 'Sesungguhnya orang-orang miskin dari kalangan Muhajirin mendahului orang-orang kaya di hari kiamat sejauh 40 musim gugur.'" (HR Muslim dan Ahmad).

As-Samarqandi menambahkan bahwa Fatimah lebih dahulu masuk surga daripada Aisyah. Salah seorang Syekh terkemuka berkata, "Aku mimpi melihat Rasulullah dalam tidurku. Beliau berbicara kepadaku mengenai keugaman orang miskin, juga kelebihan miskin dari kaya. Yang kuingat beliau bersabda, 'cukuplah bagimu (sebagai pelajaran) bahwa Aisyah masuk surga 500 tahun sebelum orang-orang kaya. Putriku, Fathimah, masuk surga sebelum Aisyah 40 tahun sebab bagiannya di dunia lebih sedikit dibandingkan Aisyah."

Dari hadis tersebut jelas bukan jarak waktu sebentar menanti giliran masuk surga. Mengenai waktu memang ada beberapa perbedaan pendapat karena tergantung teori yang dipakai. Namun menurut tafsir tahlili dalam Quran Kemenag tentang ayat 47 Surah al-Hajj menerangkan bahwa Allah telah mengatur urusan dari langit ke bumi dan kembali lagi ke langit dengan kecepatan sangat tinggi sehingga semuanya hanya berlangsung satu hari yang lamanya sama dengan 1000 tahun menurut hitungan waktu manusia.

Relativitas waktu seperti ini juga terdapat pada Surah As-Sajdah ayat 5 dan al-Ma'arij ayat 4. Dalam ayat ini satu hari setara dengan 50 ribu tahun. Hal ini bisa saja terjadi tergantung kepada kecepatan malaikat bergerak.

Berikut Surah As-Sajdah ayat 5:

يُدَبِّرُ الْاَمْرَ مِنَ السَّمَاۤءِ اِلَى الْاَرْضِ ثُمَّ يَعْرُجُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗٓ اَلْفَ سَنَةٍ مِّمَّا تَعُدُّوْنَ

Yudabbirul-amra minas-samā'i ilal-arḍi ṡumma ya‘ruju ilaihi fī yaumin kāna miqdāruhū alfa sanatim mimmā ta‘uddūn(a).

Artinya: "Dia mengatur segala urusan dari langit ke bumi, kemudian (segala urusan) itu naik kepada-Nya) pada hari yang kadarnya (lamanya) adalah seribu tahun menurut perhitunganmu."

 

Lihat halaman berikutnya >>>

 

 

Menurut tafsir tahlili dalam Quran Kemenag menjelaslan bahwa bilangan seribu untuk menyatakan lamanya waktu kehidupan alam semesta ini sejal diciptakan Allah pertama kali sampai kehancuran di hari kiamat, kemudian kembalinya segala urusan ke tangan Allah yakni hari hisab. Hal tersebut membutuhkan waktu yang lama sekali sehingga sulit sekali bagi manusia menghitungnya.

Kemudian bunyi Surah al-Ma'arij ayat 4: 

تَعْرُجُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ اِلَيْهِ فِيْ يَوْمٍ كَانَ مِقْدَارُهٗ خَمْسِيْنَ اَلْفَ سَنَةٍۚ

Ta‘rujul-malā'ikatu war-rūḥu ilaihi fī yaumin kāna miqdāruhū khamsīna alfa sanah(tin). 

 

Artinya: "Para malaikat dan Rūḥ (Jibril) naik (menghadap) kepada-Nya dalam sehari yang kadarnya lima puluh ribu tahun.").

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler