Taylor Swift Terima Rp 47 Miliar Sekali Manggung Agar Hanya Tampil di Singapura

Taylor Swift mengadakan enam konser dari 2 hingga 9 Maret 2024 di Singapura.

EPA-EFE/JOEL CARRETT
American singer songwriter Taylor Swift performS during the first night of The Eras Tour in Australia at the Melbourne Cricket Ground, Melbourne, Australia, 16 February 2024. Taylor Swift
Rep: Rahma Sulistya Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Topik mengenai Taylor Swift, mencuri perhatian pada ASEAN Summit, Selasa (5/3/2024), ketika pemimpin Singapura diminta untuk menjelaskan kesepakatan konser eksklusif mereka dengan Swift. Hal itu dianggap berisiko menimbulkan konflik di wilayah Asia Tenggara.

Baca Juga


Perdana Menteri Thailand, Srettha Thavisin, menarik perhatian pada pertemuan itu. Di mana pada Februari lalu, ia mengeklaim ada seorang promotor mengatakan kepadanya bahwa pemerintah Singapura menyubsidi konser itu dengan jumlah sekitar 2 hingga 3 juta dolar AS (sekitar Rp 46 hingga 47 miliar) per pertunjukan, dengan syarat bahwa artis tersebut tidak boleh tampil di negara Asia Tenggara lainnya.

Srettha mengatakan bahwa jika dia mengetahui tentang kesepakatan itu sebelumnya, dia yakin dia akan mampu melakukan hal serupa. Namun, Thailand tidak menentang Singapura menyoal kesepakatan itu.

Sekretaris Jenderal Perdana Menteri Thailand, Prommin Lertsuridej mengatakan, Thailand mengambil contoh apa yang dilakukan Singapura. Dan meskipun Thailand sudah memiliki undang-undang yang mengizinkan paket insentif tersebut, pemerintah berupaya menghilangkan birokrasi dan menjadikan Thailand tempat yang lebih menarik bagi pertemuan internasional.

“Kami belajar dari satu sama lain,” kata Prommin, seraya menambahkan bahwa ia mengagumi Singapura karena mampu menghasilkan dan mencapai ide bisnis yang bagus.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia, Sandiaga Uno, melalui Instagram meminta maaf kepada para penggemar Swift. “Acara musik internasional, seperti konser Taylor Swift, memang berdampak besar pada perekonomian suatu negara. Tapi mohon maaf Swifties, Taylor Swift belum mampir ke Indonesia. Dibeli oleh Singapura. Namun, ini menjadi pelajaran bagi kami,” ucap dia.

Singapura adalah anggota penting ASEAN, sebuah blok beranggotakan 10 negara di kawasan Asia Tenggara. ASEAN Summit yang dilaksanakan selama tiga hari berfokus pada krisis kemanusiaan dan konflik yang dialami negara anggota Myanmar di Laut Cina Selatan.

Perdana Menteri Singapura dikecam di sela....

 

Sementara itu, Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong dikecam di sela-sela pertemuan tersebut, mengenai kesepakatan menguntungkan dan eksklusif yang dibuat negaranya dengan Swift. Sehingga mencegah Swift membawa Eras Tour-nya ke perhentian lain di Asia Tenggara.

Swift mengadakan enam konser dari 2 hingga 9 Maret 2024 di Singapura. Beberapa negara tetangganya di Asia Tenggara mengeluh, bahwa kesepakatan Singapura membuat mereka tidak bisa menikmati peningkatan pariwisata yang dibawa oleh konser Swift ke negaranya.

Eras Tour-nya memecahkan rekor ketika dilaporkan melampaui 1 miliar dollar tahun lalu, dan film adaptasi turnya dengan cepat mengambil peringkat pertama di box office dan menjadi film konser terlaris hingga saat ini.

Pemimpin Singapura itu mengkonfirmasi pada Selasa lalu, bahwa Swift diberikan ‘insentif tertentu’ sebagai imbalan karena menjadikan Singapura satu-satunya tujuan Asia Tenggara dalam Eras Tour-nya.

Lee mengkonfirmasi kesepakatan tersebut pada konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese, yang mengaku sebagai Swiftie yang daftar Spotify Wrapped-nya menjadikan Taylor Swift sebagai artis kedua yang paling banyak diputar pada 2023.

Albanese menjadi tuan rumah pertemuan puncak di Melbourne, bertepatan dengan peringatan 50 tahun Australia menjadi mitra eksternal pertama ASEAN. Lee tidak mengungkapkan biaya kesepakatan eksklusif tersebut, yang dibayar dari dana pemerintah untuk membangun kembali pariwisata setelah gangguan akibat Covid-19. Ia juga tidak menjawab secara langsung ketika ditanya apakah ia bertikai dengan para pemimpin lain akibat perjanjian tersebut.

Tapi ia menyatakan bahwa jika Singapura tidak membuat perjanjian eksklusif, negara tetangga mungkin akan melakukan hal yang sama. “Ternyata ini merupakan pengaturan yang sangat sukses. Saya tidak melihat hal itu sebagai tindakan yang tidak ramah,” kata Lee. Perwakilan Swift tidak segera menanggapi permintaan komentar.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler