Pakar: Mayoritas Pasien Kanker Payudara di Indonesia Sudah Masuk Stadium 3 Saat Terdeteksi
Deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat mengurangi risiko kematian akibat kanker
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit (RS) Siloam Mochtar Riady Comprehensive Cancer Center (MRCCC) Semanggi, Jeffry Beta Tenggara, menyebut kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling umum ditemui di seluruh dunia dan menjadi penyebab utama kematian di kalangan wanita. Di Indonesia sendiri, data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan, sebesar 70 persen pasien kanker payudara telah memasuki stadium III saat terdeteksi.
“Padahal, prognosis kemungkinan hidup pasien kanker payudara rata-rata dalam 5 tahun bisa mencapai 90-95 persen pada Stadium I, 70-75 persen Stadium II, serta 10-25 persen Stadium 3 dan 4,” kata Jeffry dalam siaran pers, Kamis (7/3/2024).
Meskipun prevalensinya tinggi, kata Jeffry, deteksi dini dan perawatan yang tepat dapat mengurangi risiko kematian akibat penyakit ini secara signifikan. Menurut dia, tingginya angka prevalensi kanker payudara menunjukkan pentingnya deteksi dini, baik secara mandiri maupun medis.
Hal itu dia sampaikan ketika menjadi pembicara dalam penyelenggaraan Asia Pacific Breast Cancer Summit (APBCS) 2024. Jeffry mengatakan, pada APBCS 2024, pihaknya membicarakan sekaligus berdiskusi dengan para peserta forum para dokter ahli dari Asia Pasifik mengenai standar perawatan pada kanker payudara triple-negative.
“Mulai dari kasus-kasus menantang dalam penyakit kanker payudara HER2-positif, misalnya perubahan status reseptor dari penyakit preop ke penyakit residu, Brain Mets, dan lain-lain, kasus-kasus TNBC yang paling sering ditemui di Indonesia, hingga permasalahan yang menantang dalam kasus kanker payudara HR+ve,” terang dia.
RS Siloam MRCCC Semanggi mendapatkan kepercayaan menjadi official healthcare partner dalam penyelenggaraan APBCS 2024. Pertemuan yang telah berlangsung dari tanggal 1 hingga 3 Maret 2024 lalu di Nusa Dua Convention Centre, Bali, itu menghadirkan para ahli dan peneliti global, regional, dan lokal untuk meningkatkan perawatan pasien kanker payudara.
Ketua Penyelenggara APBCS 2024 Shaheenah Dawood mengatakan, selama lebih dari 12 tahun, APBCS telah berkembang menjadi platform utama di bidang manajemen kanker payudara di kawasan Asia Pasifik. Dampak dari APBCS telah bergema di berbagai wilayah Asia Pasifik dan Indonesia menandai babak baru dalam perjalanan APBCS yang ke-12 pada tahun 2024.
“APBCS 2024 akan menjadi ajang pertemuan para ahli yang berdedikasi untuk mendorong batas-batas pengetahuan di bidang kanker payudara. Selain itu, kami pun menyambut gembira atas kontribusi MRCCC di ajang ini sebagai official healthcare partner dan mengutus para dokter ahlinya ke ajang APBCS 2024 untuk berbagi wawasan di bidang kanker payudara,” jelas dia.
Direktur MRCCC Adityawati Ganggaiswari mengungkapkan, ajang APBCS 2024 mencakup sesi bedah onkologi, keperawatan onkologi, pencitraan, tinjauan Best of SABCS, dan diskusi mendalam tentang temuan-temuan canggih, perkembangan terkini, tumor molekuler, serta kasus-kasus yang menantang dalam APBCS.
“Untuk itu, kami merasa sangat perlu untuk turut berpartisipasi di ajang ini karena selalu ada temuan-temuan dan metode penanganan terbaru. Selain itu, kami pun sangat bangga dapat menjadi bagian dari APBCS 2024 sebagai official healthcare partner,” terang dia.