Sekeluarga Bunuh Diri di Apartemen, Kriminolog: Sudah Lakukan Perencanaan Matang

Perencanaan matang di level keikhlasan yang tinggi hingga sempat salam perpisahan.

Dok.Republika
Sebanyak empat orang ditemukan  tewas mengenaskan diduga jatuh dari ketinggian Apartemen Teluk Intan secara bersamaa, di Kelurahan Pejagalan, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024) sore.
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Erik Purnama Putra

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kriminolog Haniva Hasna melihat korban bunuh diri sekeluarga yang loncat dari Apartemen Teluk Intan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (9/3/2024) sore WIB, sudah melakukan perencanaan matang dengan tingkat keikhlasan yang tinggi. Dia melihat hal itu dari apa yang korban lakukan sebelum melakukan aksi bunuh diri.

Apalagi, korban sempat melakukan salam perpisahan dengan keluarganya. "Tampaknya sudah dilakukan perencanaan yang matang dengan level keikhlasan yang tinggi hingga sempat melakukan salam perpisahan sebelum melakukan aksi bunuh diri," ucap Haniva kepada Republika.co.id di Jakarta, Ahad (10/3/2024).

Dia mengatakan, tindakan bunuh diri yang para korban lakukan dianggap sebagi bentuk kekompakan dalam menghadapi masalah yang sangat besar sehingga harus dipikul bersama. Mereka sudah mengukur sumber daya atau kekuatan diri hingga risiko dari aksinya.

"Tujuan melompat adalah mengakhiri hidup yang mungkin sebagai pilihan akhir dari berbagai pilihan lain, seperti minum racun, tidak makan selama sekian hari, menabrakkan diri menggunakan kendaraan, berdiam diri dalam ruangan berasap karena kebakaran, dan lain-lain," jelas Haniva.

Baca Juga



Pihak kepolisian mengungkapkan, empat korban bunuh diri yang melompat dari Apartemen Teluk Intan, Jakarta Utara, dalam kondisi tangan terikat ketika jatuh secara bersamaan. Para korban terakhir menempati salah satu unit di apartemen tersebut sekitar dua tahun lalu sebelum akhirnya kembali kemarin.

"Pada saat terjatuh itu masih dalam kondisi EA (50) dan JL (15) terikat tangannya dengan tali yang sama. AEL (52) terikat tali yang sama dengan JWA (13), ikatan tali tersebut mengikat,” ucap Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).

Agus menerangkan, dari rekaman CCTV menunjukkan para korban memang datang bersama ke unit apartemen yang sudah ditinggalkan selama dua tahun. Mereka pun naik lift bersama. Di lift tersebut, EA tampak mencium kening para korban lain. Lalu, AEL mengumpulkan ponsel para korban untuk dimasukkan ke dalam tas.

Baca: Penuh Haru, UMM Kukuhkan Guru Besar Aris Winaya Bersama Almarhum Istrinya

Dari sana mereka menuju ke bagian rooftop apartemen. "Pukul 16.05 WIB, keluar dari lift di tangga 21 berdasarkan CCTV, naik ke tangga darurat untuk ke rooftop apartemen, kemudian 16.13 WIB, para korban terjatuh bersamaan di depan lobi  apartemen," jelas Agus.

Anak memang rentan...

Haniva Hasna melanjutkan,, anak memang termasuk kelompok rentan terhadap kekerasan. "Anak memang menjadi salah satu objek kekerasan karena belum mampu menolak dan belum mampu melakukan pembelaan,” ucap Haniva kepada Republika.co.id.

Sebab itu, dia menekankan, pentingnya mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua. Menurut Haniva, tugas orang tua atau pasangan adalah menjaga keharmonisan agar masing-masing anggota keluarga dalam kondisi sehat mental.

"Jadi yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri menjadi orang tua yang normal saja. Tugas orang tua atau pasangan adalah menjaga keharmonisan agar masing masing anggota keluarga dalam kondisi sehat mental," terangnya.

Lebih lanjut, Haniva menuturkan, anggota keluarga yang sehat mental dapat ditandai dengan sejumlah hal. Pertama, memiliki kemampuan sosialisasi yang baik. Kedua, kondisi finansial yang aman. Ketiga, kesehatan fisik yang terjaga.

"Serta kondisi spiritual yang teraplikasikan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari," jelas Haniva.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler