Korsel Beri Bantuan Konsuler ke Warganya yang Ditangkap di Rusia
Baek ditangkap oleh penegak hukum Rusia pada awal tahun.
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Selatan mengatakan pada Selasa (12/3/2024), pihaknya telah memberikan bantuan konsuler kepada seorang warganya yang ditangkap atas tuduhan spionase di Rusia. “Setelah mengetahui penangkapan itu, misi diplomatik setempat telah memberikan bantuan konsuler yang diperlukan,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Korsel dalam keterangan pers.
Kantor berita Rusia TASS pada Senin (11/3/2024) melaporkan bahwa warga Korsel bernama Baek Won-soon telah ditahan di Moskow sejak akhir Februari dan pengadilan memperpanjang masa penahanannya hingga 15 Juni 2024. Baek ditangkap oleh penegak hukum Rusia pada awal tahun di Kota Vladivostok dan dipindahkan ke Moskow untuk penyelidikan lebih lanjut.
Mengutip sejumlah sumber, TASS melaporkan bahwa Baek menyelundupkan informasi rahasia kepada badan intelijen asing. Juru Bicara Kemlu Korsel Lim Soo-suk mengatakan bahwa pemerintahnya sedang berkomunikasi dengan Rusia soal kasus tersebut melalui saluran diplomatik.
“Pemerintah berharap warga negara kami dapat kembali dengan selamat kepada keluarganya sesegera mungkin,” kata Lim dalam konferensi pers. Kendati demikian, Kemlu Korsel menolak menjelaskan lebih jauh tentang penangkapan dan penahanan Baek dengan beralasan penyelidikan masih berlangsung.
Penangkapan Baek menjadi kasus pertama seorang warga Korsel ditangkap di Rusia atas tuduhan mata-mata. Yonhap melaporkan, Baek merupakan seorang misionaris di yayasan kemanusiaan Korsel dan sedang bekerja di Vladivostok pada saat ditangkap.
Dia sering membantu para pembelot Korea Utara melarikan diri dan memberi bantuan lainnya. Pihak berwenang Rusia juga menangkap istri Baek, tetapi kemudian membebaskannya. Istri Baek kini berada di Korsel.
Hubungan kedua negara memburuk setelah Rusia menyebut Korsel negara yang tidak bersahabat karena berpartisipasi dalam sanksi internasional terhadap Rusia akibat perang di Ukraina. Hubungan itu semakin tegang ketika Rusia meningkatkan kerja sama militer dengan Korut menyusul pertemuan puncak antara pemimpin Korut Kim Jong Un dan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 13 September 2023.