Penyeberangan Labuan Bajo-Sape Ditutup, ASDP: Belum Pasti Sampai Kapan

Belum bisa dipastikan kapan operasional kapal feri kembali dibuka.

dok. Republika
Pelabuhan Labuan Bajo.
Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, LABUAN BAJO -- PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Indonesia Ferry Cabang Sape menutup sementara rute penyeberangan Labuan Bajo-Sape karena cuaca buruk di wilayah laut provinsi itu.
 
"Sesuai maklumat dari Badan Pengelolaan Transportasi Darat (BPTD) di Kupang," kata General Manager PT ASDP Indonesia Ferry (Persero) Cabang Sape Reno Yulianto di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Rabu (13/3/2024).
 
Dia menjelaskan penutupan sementara rute penyeberangan itu telah dilakukan sejak Ahad (10/3/2024) lalu.
 
"Pengumuman kami pasang di pelabuhan dan melalui media sosial Instagram juga," katanya.
 
Dia menjelaskan pihaknya belum bisa memastikan kapan operasional kapal feri kembali dibuka. Menurut dia, operasional kapal feri itu dapat dibuka saat cuaca sudah membaik berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
 
Sementara itu, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai ancaman gelombang tinggi sampai empat meter akibat cuaca ekstrem di perairan Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) hingga 14 Maret 2024.
 
"Dimohon kepada masyarakat yang tinggal dan beraktivitas di pesisir sekitar area yang berpeluang terjadi gelombang tinggi agar tetap selalu waspada," kata Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tenau, Yandri Tungga di Kupang, Senin (13/3/2024).
 
Berdasarkan prakiraan BMKG, tinggi gelombang 2,5 meter hingga 4 meter berpeluang terjadi di Selat Sumba Bagian Barat, Laut Sawu Bagian Selatan, Samudera Hindia Selatan Sumba-Sabu, Perairan Kupang-Rote, dan Samudera Hindia Selatan Kupang-Rote.
 
Sedangkan tinggi gelombang 1,25 meter hingga 2,5 meter berpeluang terjadi di Perairan Utara Flores, Selat Sape, Selat Sumba Bagian Timur, Laut Sawu Bagian Utara, Selat Flores-Lamakera, Selat Alor-Pantar, Selat Ombai, dan Selat Wetar.
 
Yandri menjelaskan ancaman gelombang tinggi ini disebabkan adanya daerah pertemuan angin di wilayah NTT atau konvergensi dan pusaran angin masuk atau Sirkulasi Siklonik di sebelah Barat Daya wilayah NTT sehingga membentuk daerah perlambatan, pertemuan, dan belokan angin.
 
Selain itu, aktifnya Gelombang Equatorial Rosby dan Fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) juga menyebabkan wilayah NTT berpotensi hujan sedang hingga lebat hingga ekstrem yang dapat disertai petir dan angin kencang berdurasi singkat.
 
"Waspada adanya awan gelap atau cumulonimbus dapat menyebabkan angin kencang, perubahan arah angin, dan peningkatan tinggi gelombang yang terjadi secara tiba-tiba," ucap dia.
 
Atas peringatan dini ini, Yandri mengingatkan masyarakat yang akan melakukan perjalanan atau aktivitas menggunakan kapal laut agar memperhatikan informasi BMKG.

Baca Juga


sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler