Jerman: Putin tak Serius Ingin Berdamai dengan Ukraina
Putin sempat mengungkapkan, Rusia siap berunding.
REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Tawaran perundingan perdamaian oleh Presiden Rusia Vladimir Putin tidak dapat dianggap serius selama dia melanjutkan "perang agresi" terhadap Ukraina, kata juru bicara Kanselir Jerman, Olaf Scholz, Rabu (13/3/2024).
"Sulit untuk menganggap serius kata-kata presiden Rusia saat ini karena dia terus melakukan perang agresi terhadap Ukraina dengan tembakan roket besar-besaran dan sejenisnya tanpa henti," kata sang jubir, Steffen Hebestreit, kepada perwakilan media di Berlin.
"Presiden Rusia dapat segera mengakhiri perang ini kapan saja dengan membatalkan operasi (militer), menarik pasukannya (dari Ukraina), dan maju ke meja perundingan," kata Hebestreit. Sebelumnya pada hari yang sama, pemimpin Rusia tersebut menegaskan kembali pendirian Moskow bahwa mereka tidak pernah menolak pembicaraan dengan Kiev.
Putin menyebutkan, Rusia dan Ukraina menyetujui rancangan kesepakatan di Istanbul pada tahap awal konflik yang telah berlangsung selama dua tahun. Rusia, katanya, siap berunding berdasarkan kenyataan di lapangan. Rusia telah dijanjikan banyak hal di masa lalu, namun janji saja "tidaklah cukup," kata Putin.
"Berunding hanya karena mereka (Ukraina) kehabisan amunisi adalah hal yang konyol bagi kami. Namun, kami siap untuk melakukan pembicaraan serius, dan kami ingin menyelesaikan semua konflik, terutama konflik ini, melalui cara damai," ia melanjutkan.
"Tapi kita harus memahami dengan jelas bahwa ini bukanlah sebuah jeda bagi musuh untuk mempersenjatai kembali, namun sebuah pembicaraan serius yang melibatkan jaminan keamanan bagi Federasi Rusia," kata presiden Rusia tersebut.
Jerman telah berulang kali mengatakan bahwa terserah pada Ukraina kapan dan bagaimana memulai perundingan perdamaian dengan Rusia. Secara terpisah, Kementerian Luar Negeri Jerman mengkritik peringatan Putin mengenai perang nuklir terbaru. Kemenlu mengatakan pihaknya tidak akan terintimidasi oleh pemerintah Rusia dan bahwa Putin menggunakan rasa takut sebagai senjata.
"Kami tidak akan dibimbing oleh rasa takut. Perdamaian di Ukraina dan keamanan di Eropa hanya bisa dicapai melalui kekuatan. Sekutu kami dapat mengandalkan Eropa yang kuat," kata kemenlu di platform X.
Presiden Rusia tersebut baru-baru ini menekankan bahwa negaranya siap menghadapi perang nuklir dari sudut pandang "teknis militer." "Dari segi teknis militer, kami tentu saja siap. Mereka (pasukan Rusia) selalu berada dalam kondisi siap tempur," kata Putin kepada televisi pemerintah Rossiya-1 dalam sebuah wawancara.
Dia mengatakan "sudah menjadi hal yang diterima secara umum" bahwa tiga serangkai nuklir Rusia, darat, laut, dan udara, lebih modern dibandingkan dengan yang lain. Ia menambahkan bahwa hanya Moskow dan Washington yang memiliki unit tiga serangkai itu.
"Kami telah membuat lebih banyak kemajuan di sini. Milik kami lebih modern, dengan semua komponen nuklirnya. Secara umum, dalam sistem pembawa hulu ledak serta hulu ledak, kami memiliki persamaan, tapi punya kami lebih modern," ujar Putin.