Keajaiban Siwak, Mampu Mencegah Bau Mulut Selama Berpuasa

Umat Islam menggunakan siwak beberapa kali selama bulan Ramadhan.

Antara/Prasetyo Utomo
Siwak (ilustrasi)
Rep: Mabruroh Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Umat Muslim di seluruh dunia menjalankan puasa Ramadhan, dengan menjauhkan diri dari semua makanan dan minuman dari terbit fajar hingga matahari terbenam.

Selama berpuasa, kondisi mulut kita sering kali mengeluarkan bau tak sedap karena kita menghasilkan lebih sedikit air liur selama puasa untuk melindungi kita dari kuman mulut. Air liur memainkan peran penting dalam melindungi mulut kita dari bakteri serta menghilangkan sisa makanan.

Namun, mereka yang berpuasa menggunakan miswak atau siwak, maka akan terhindar dari bau mulut. Siwak merupakan kayu kunyah tradisional yang dapat digunakan beberapa kali sehari untuk menjaga mulut tetap segar dan menjaga kesehatan gigi.

Seoranh dokter gigi di Riyadh, Abdulaziz Al-Saif mengatakan untuk menghindari bau mulut, kayu tradisional Miswak melakukan keajaiban. Miswak adalah sikat gigi alami yang, di antara manfaat lainnya, juga menciptakan aroma di mulut.

“Miswak dapat menghilangkan bau tak sedap dan meningkatkan indera perasa, mempertajam memori, (mencerahkan gigi), memperkuat penglihatan, membantu pencernaan dan membersihkan suara,” ujar dokter gigi Aisha Ali Ahmad, dilansir dari Arab News, Senin (18/3/2024).

Baca Juga


Rasulullah saw dalam sebuah hadits...

Rasulullah saw dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah mengatakan: "Jika bukan (karena takut) membebani umatku, aku akan memerintahkan mereka untuk (menyikat gigi dengan) Siwak di setiap hendak sholat." (HR Sahih Muslim)

Aisha menceritakan bahwa Nabi berkata, "Siwak adalah sarana untuk memurnikan mulut dan menyenangkan Tuhan." (HR Nasai)

Abu Hurairah lebih lanjut menceritakan bahwa Nabi berkata sekali pada hari Jumat, “Wahai Komunitas Muslim! Allah telah menjadikan hari ini sebagai Idul Fitri bagimu, jadi mandilah dan sikat gigimu dengan siwak.” (Tabarani, Majma'uz-Zawaid)

Di Arab Saudi, miswak biasanya bersumber dari pohon Salvadora persica L., yang dikenal sebagai arak dalam bahasa Arab. Varietas ini juga ditemukan di Sudan, Mesir, dan Chad. Pohon palem atau zaitun yang mencicipi pahit juga digunakan untuk miswak, sedangkan pohon neem adalah pilihan populer di Asia Selatan.

Di beberapa bagian dunia Arab, pohon-pohon ini berasal dari daerah kering dan menanamnya mengurangi penggurunan di daerah di mana sedikit yang bisa tumbuh. Ini juga membantu masyarakat untuk mengembangkan pendapatan yang berkelanjutan sambil melestarikan bagian penting dari warisan budaya mereka.

Miswak telah mendapatkan pengakuan luas...

Miswak telah mendapatkan pengakuan luas, dengan Organisasi Kesehatan Dunia merekomendasikan penggunaan miswak untuk kebersihan mulut pada tahun 1986 dan 2000. Sebuah laporan internasional menyimpulkan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendokumentasikan manfaat dari miswak. Sekarang ada peningkatan bukti ilmiah bahwa siwak memiliki sifat obat, membantu melawan plak, gusi surut dan pendarahan, kerusakan gigi dan masih banyak lagi.

Sebuah studi yang dilakukan oleh panel dokter gigi di Universitas King Saud mengatakan proses berulang mengunyah batang siwak melepaskan getah segar dan silika (mineral mengkilap yang keras). Zat tersebut bertindak sebagai bahan abrasif untuk menghilangkan noda.

Studi ini juga menemukan efek menguntungkan dari miswak untuk kebersihan mulut dan kesehatan gigi sama fungsinya seperti kita menyikat gigi dan menggunakan pasta. Penelitian ini mengidentifikasi 19 zat alami yang ditemukan di miswak yang bermanfaat bagi kesehatan gigi.

Septisik alami membunuh mikroorganisme berbahaya di mulut, asam tanat melindungi gusi dari penyakit, dan minyak aromatik meningkatkan air liur. Studi tersebut menambahkan bulu miswak sejajar dengan pegangan daripada tegak lurus, dan dapat menjangkau lebih mudah di antara gigi, di mana sikat gigi konvensional sering gagal mencapai.

Cara Menggunakan Siwak

Untuk menggunakan miswak, gigit sekitar satu sentimeter dari ranting dan kunyah sampai melunak dan membentuk bulu. Proses ini dapat dipercepat dengan mencelupkan ujungnya ke dalam air untuk memisahkan serat. Setelah bulu terbentuk, miswak dapat digunakan seperti sikat gigi biasa tanpa pasta.

Menggunakan miswak adalah praktik kuno di Arab Saudi, Timur Tengah dan Afrika Utara, dan banyak negara Asia. Umat Islam menggunakannya beberapa kali selama bulan Ramadhan, sebelum tidur, setelah sahur, setelah berwudhu, saat makan pada malam hari, sebelum membaca Alquran, saat melakukan perjalanan, dan setelah bangun di pagi hari.

Penjualan miswak meningkat drastis di Arab Saudi selama bulan suci. Seorang penjual miswak di ibu kota, Abdullah Ahmed mengatakan: "Saya mengalami peningkatan penjualan hampir 300 persen.”

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler