Pasar Kripto Koreksi, Investor Dinilai Masih Optimistis
Terlepas koreksi jangka pendek yang ada, tren besar kripto masih sangat bullish.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Crypto Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin, mengatakan, pasar kripto terus mencatatkan perkembangan yang positif. Selain harga Bitcoin dan beberapa aset kripto lain yang telah menciptakan titik harga tertinggi (All-Time-High) baru sepanjang masa, volume transaksi perdagangan dan jumlah investor kripto di Indonesia pun juga dilaporkan meningkat.
Baru-baru ini, Bappebti juga mengumumkan bahwa transaksi perdagangan aset kripto di Indonesia telah mencapai Rp 30 triliun dan jumlah investor kripto menyentuh 19 juta orang per Februari lalu.
"Selain itu, optimisme investor kripto masih terpantau relatif tinggi, kendati pasar saat ini sedang mengalami koreksi," kata Fahmi.
Pasar kripto mengalami koreksi selama beberapa hari terakhir. Melansir CoinMarketCap, Bitcoin sebagai salah satu aset kripto yang paling populer, terkoreksi 12,76 persen dalam sepekan ke level 62.740 dolar AS atau setara Rp 986 juta (kurs Rp 15.721) pada Rabu, 20 Maret pukul 09.00 WIB.
Kemudian Ethereum juga mengalami penurunan 20 persen dalam sepekan, ke level Rp 50,59 juta. Selanjutnya, XRP terpantau melemah sebesar 15,41 dalam periode yang sama, di area Rp 9.262.
Indeks Fear and Greed saat ini berada di level 74 greed, setelah sempat berada di area 85 extreme greed untuk pertama kalinya sejak Februari 2021.
Selain itu, kata Fahmi, yield untuk stablecoin yang naik signifikan turut menyoroti meningkatnya optimisme pasar yang sangat tinggi dan tingginya permintaan likuiditas untuk membeli aset kripto nonstable.
Optimisme yang berada pada level terlalu tinggi memang rawan membuat harga terkoreksi. "Namun, terlepas dari potensi berlanjutnya koreksi jangka pendek yang ada, tren besar kripto masih sangat bullish," ungkap Fahmi.
Salah satunya dapat dilihat dari adopsi ETF Bitcoin Spot yang semakin positif sejak diluncurkan Januari lalu. Sejak diresmikan, kepemilikan kolektif sembilan ETF Bitcoin Spot telah mencapai 453.503,98 BTC, atau senilai 30,29 miliar dolar AS atau setara Rp 473,7 triliun, di mana BlackRock menempati urutan teratas.
"Ini menggambarkan tingginya kepercayaan dan ketertarikan investor tradisional di Amerika Serikat terhadap Bitcoin. Hal ini bisa turut mempengaruhi penerimaan investor secara global terhadap aset kripto," ungkap Fahmi.