Viral Perang Sarung di Lampung Tewaskan Satu Remaja, Polisi Periksa 22 Saksi

Perang sarung berujung maut terjadi di Desa Kecapi, Kalianda, pada Senin malam.

Dok. Humas Polresta Cirebon
Jajaran Polresta Cirebon mengamankan 13 pemuda yang hendak melakukan perang sarung, Rabu (20/3/2024) sekitar pukul 00.30 WIB. Fenomena perang sarung marak terjadi pada Ramadhan. (ilustrasi)
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, LAMPUNG SELATAN -- Kepolisian Resor Polres Lampung Selatan, Polda Lampung memeriksa sebanyak 22 saksi terkait tewasnya seorang remaja akibat perang sarung di Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Kapolres Lampung Selatan AKBP Yusriandi Yusrin, di Kalianda, Rabu (20/3/2024), mengatakan perang sarung yang menewaskan remaja berinisial LRF (14) di jalan umum Desa Kecapi, Kecamatan Kalianda, terjadi pada Senin malam (18/3/2024).

Baca Juga


"Atas kejadian itu kami telah memeriksa sebanyak 22 orang untuk dimintai keterangan, perang sarung ini kan asal. Maka kita harus bisa mendudukkan betul anak-anak ini siapa yang patut diduga sehingga mengakibatkan korban meninggal dunia," kata Kapolres.

Yusriandi mengatakan pihaknya belum dapat menyimpulkan penyebab kematian remaja tersebut, lantaran pihaknya masih menunggu hasil autopsi. "Autopsi terhadap jasad korban telah dilakukan di RS Bob Bazar Kalianda, hasil sementara korban dinyatakan meninggal lemas dikarenakan trauma benda tumpul di kepala, kemudian memar di punggung dan luka pada lutut, namun untuk hasil resmi masih menunggu hasil uji dari laboratorium," kata dia.

Yusriandi menerangkan, motif perang sarung tersebut karena ada ajakan dari rekan korban melalui pesan Whatsapp. Hingga saat ini penyidik masih mengumpulkan alat-alat bukti yang digunakan oleh para pelajar dalam perang sarung tersebut.

"kita masih terus mendalami, mencari bukti-bukti permulaan yang cukup siapa-siapa saja yang patut diduga melakukan perbuatan tindak pidana kekerasan terhadap korban. Ini kita masih terus berkelanjutan jadi mohon waktu mohon bersabar, karena cukup banyak yang kita ambil keterangan, kita harus melengkapi alat bukti yang cukup," ujarnya.

Kapolres mengimbau kepada seluruh masyarakat dan orang tua di Lampung Selatan, untuk terus menjaga dan mengawasi anak-anak dari aksi kejahatan. "Jangan biarkan anak-anak kita menjadi korban atau pemain perang sarung, pastikan setelah shalat tarawih anak-anak sudah berada di rumah tidak berkeliaran yang tidak jelas," katanya.

Untuk diketahui, peristiwa tersebut terjadi pada Senin malam tanggal 18 Maret 2024 sekitar pukul 20.30 WIB, terjadi tawuran perang sarung antara remaja desa Kecapi berlawanan dengan remaja desa Pematang yang berujung meninggal dunia satu orang. Menurut saksi warga sekitar, korban sempat di bawa ke Bidan Desa Kecapi, namun kondisi korban sudah melemah, oleh karena itu pihaknya bidan tidak sanggup lagi lalu di bawa ke Rumah Sakit Boob Bazar Kalianda, dan korban tidak tertolong lagi.

 

 

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong partisipasi anak dalam berbagai kegiatan Ramadhan. Hal ini demi mencegah terjadinya kekerasan yang melibatkan anak seperti perang sarung.

"KPAI mendorong prinsip-prinsip partisipasi anak menjadi paling utama dalam mengajak anak ikut beribadah selama Ramadhan. Seperti banyaknya lembaga pendidikan yang saat ini menggelar tarhib Ramadhan, seperti pawai bersama mengampanyekan ajakan puasa, kegiatan kelompok dalam mengenal Ramadhan, kerja sosial bersama di tempat-tempat membutuhkan, yang semuanya melibatkan, dikenalkan, diisi aktif oleh anak-anak," kata Wakil Ketua KPAI Jasra Putra saat dihubungi di Jakarta, Senin (18/3/2024). 

Menurutnya, anak-anak saat Ramadhan menghabiskan waktu lebih sedikit di sekolah dan sering lepas dari pengawasan guru dan orang tua. Hal ini dapat menimbulkan perilaku-perilaku yang tidak bertanggung jawab saat mereka berkumpul bersama teman-teman sebayanya seperti melakukan tawuran.

"Setiap masuk Ramadhan kita dihantui banyaknya anak-anak yang tawuran sarung," katanya.

Pihaknya menyoroti adanya kejadian perang sarung yang menyebabkan korban jiwa di Bekasi, Jawa Barat, dan Malang, Jawa Timur, karena sarung yang digunakan telah diisi dengan besi dan parang. "Sarung yang harusnya jadi alat ibadah shalat, namun di tangan anak-anak, berubah. Dengan berbagai selepetan yang bisa membahayakan," katanya.

Karena itu, KPAI menekankan perlunya antisipasi dari pengelola mesjid dan lingkungan sekitarnya agar anak-anak tidak melakukan tawuran. Pihaknya juga berharap dengan anak-anak yang terlibat aktif dalam kegiatan Ramadhan dapat mencegah terjadinya perang sarung.

 

 

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler