AS dan China Perkuat Kerja Sama Kurangi Emisi Metana
Kerja sama AS dan China terkait metana alami kemajuan.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kerja sama antara Amerika Serikat dan Cina dalam hal metana mengalami kemajuan, demikian menurut wakil utusan khusus AS untuk perubahan iklim, Rick Duke. Ia mengatakan ada peluang bagi Beijing untuk memangkas emisi dari sektor batu baranya yang sangat besar dengan sedikit atau tanpa biaya.
Duke mengatakan, kedua negara bekerja sama untuk mengurangi emisi metana sebagai bagian dari sebuah kelompok kerja, yang dibentuk tahun lalu dengan tujuan yang lebih luas untuk mengatasi krisis iklim.
"Kami memang sedang dalam proses mendorong kerja sama tersebut. Ini adalah kesempatan yang luar biasa, mengingat besarnya potensi mitigasi di kedua negara, terutama di Cina,” kata Duke seperti dilansir Reuters, Kamis (21/3/2024).
Metana adalah penyebab perubahan iklim terbesar kedua setelah karbon dioksida dan dalam jangka pendek memiliki efek pemanasan yang jauh lebih tinggi. Namun, umurnya yang pendek di atmosfer dunia dibandingkan dengan gas rumah kaca lainnya berarti bahwa tindakan terhadap metana dapat memberikan hasil yang lebih cepat.
Duke memuji upaya China sejauh ini dalam menetapkan target metana. "Mengurangi metana sangat besar manfaatnya bagi iklim. Oleh karena itu, bergabungnya negara emisi terbesar di dunia dalam upaya tersebut melalui arsitektur perjanjian iklim Paris sangatlah penting," ujar dia.
Metana yang merembes dari tambang batu bara mencapai 700 juta ton emisi per tahun di Cina, dan menurut Duke, dapat dihilangkan dengan biaya yang sangat rendah atau bahkan tanpa biaya.
“Kami sangat antusias dengan potensi yang ada di sana,” kata Duke.
Cina adalah sumber metana terbesar di dunia dari tambang batu bara, dengan 28 persen titik emisi metana terbesar di dunia, menurut sebuah perusahaan yang melacak emisi Kayrros.
Pemerintah Cina telah mengirimkan sebuah tim ke pertemuan yang diselenggarakan oleh PBB di Jenewa, yang merupakan pertemuan terbesar yang pernah ada mengenai topik ini dan bertujuan untuk membantu negara-negara memenuhi janji metana mereka. Liu Wenge, wakil presiden dari Kementerian Manajemen Darurat, mengatakan pada pertemuan tersebut bahwa China berkomitmen untuk memperkuat pengendalian emisi metana di sektor-sektor utama dan bekerja sama dengan semua negara.
Upaya untuk memantau metana semakin maju dengan meningkatnya jumlah satelit yang meningkatkan pemantauan dari luar angkasa, termasuk melalui observatorium PBB yang baru,
Duke mengatakan bahwa upaya-upaya tersebut merupakan kunci untuk mengidentifikasi super emitter atau penghasil emisi super dari perusahaan-perusahaan minyak dan gas bumi.
“Ini sangat tepat waktu dan penting. Kami dan mitra akan memastikan bahwa data untuk aksi metana, bukan hanya sekedar data," kata Duke.