Negara-Negara yang Setop dan Lanjutkan Ekspor Senjata ke Israel
Kanada tak meloloskan izin ekspor senjata ke Israel sejak 8 Januari tahun ini.
REPUBLIKA.CO.ID, OTTAWA – Kian memburuknya situasi di Gaza akibat serangan militer Israel memicu sejumlah negara pengekspor senjata berubah haluan. Mereka menghentikan ekspor ke Israel karena khawatir senjata itu digunakan Israel membantai warga Gaza.
Kanada dalam pernyataannya, Rabu (20/3/2024) menegaskan tak meloloskan izin ekspor senjata ke Israel sejak 8 Januari tahun ini. ’’Kanada salah satu rezim izin ekspor paling teliti di dunia. Tak ada izin ekspor barang berbahaya ke Israel,’’ demikian pernyataan Kanada.
Kantor Menlu Kanada Melanie Joly menambahkan, izin ekspor yang disetujui sebelum 8 Januari tetap berlaku. Pembekuan berlanjut hingga Ottawa yakin senjata itu digunakan sesuai dengan hukum yang berlaku di Kanada.
Aturan di Kanada melarang ekspor senjata jika diyakini akan digunakan dalam pelanggaran serius hukum humaniter internasional atau kekerasan serius terhadap perempuan dan anak-anak. Lainnya, apakah senjata itu menghadirkan perdamaian dan keamanan atau sebaliknya.
Di sisi lain, pertimbangan pelarangan ekspor ini juga soal keberlanjutan pemerintahan dalam negeri. Pemerintah minoritas yang dipimpin Partai Liberal bergantung pada dukungan partai kiri, New Democrats yang menyerukan sikap lebih keras terhadap Israel atas serangan ke Gaza.
Kanada memang mengekspor dalam jumlah kecil senjata ke Israel tetapi langkahnya dianggap penting. Pekan lalu mereka mengisyaratkan menghentikan ekspor peralatan militer tak mematikan sejak Januari karena perubahan cepat situasi di Gaza.
Awal Maret lalu, kelompok pro-Palestina dan para pengacara HAM mengajukan gugatan untuk menghentikan Pemerintah Kanada mengekspor peralatan dan teknologi militer ke Israel. Sejak perang 7 Oktober 2024, nilai eskpor senjata Kanada ke Israel naik.
Paling tidak Kanada telah mengizinkan izin ekspor baru senilai 28,5 juta dolar kanada atau 21 juta dolar AS. Nilainya lebih tinggi dibandingkan izin ekspor tahun sebelumnya. Lalu, negara mana lagi yang bersikap sama dengan Kanada?
Di Belanda, pengadilan memberikan waktu sepekan untuk memblokir semua ekspor suku cadang pesawat tempur F-35. Israel menggunakan pesawat tempur ini untuk mengebom Gaza. Hingga kini lebih dari 30 ribu warga sipil Gaza meninggal akibat serangan udara Israel.
Putusan pengadilan ini bermula dari gugatan yang didaftarkan organisasi kemanusiaan Belanda, Oxfam Novib, PAX Netherlands Peace Movement Foundation, The Rights Forum yang menentang ekspor suku cadang F-35 yang dilakukan Pemerintah Belanda ke Israel.
‘’Tak bisa disangkal jelas terlihat risiko dalam mengekspor suku cadang F-35 yakni bisa saja pesawat ini digunakan dalam pelanggaran hukum kemanusiaan internasional,’’ demikian pernyataan yang disampaikan pengadilan seperti dilansir laman Aljazirah.
Di Belgia, terdapat menangguhkan dua izin ekspor bubuk mesiu ke Israel pada 6 Februari lalu. Pemerintah merujuk pada putusan awal International Court of Justice (ICJ) yang menyatakan Israel kemungkinan melakukan genosida di Gaza.
Secara terpisah, perusahaan berbasis di Jepang, yakni Itochu Corporation pada 5 Februari menyatakan akan mengakhiri kemitraan dengan pembuat senjata asal Israel, Elbit Systems pada akhir bulan tersebut.
Chief Financial Officer Itochu Tsuyoshi Hachimura mengungkapkan penangguhan MOU dengan Elbit Systems didasarkan permintaan Kementerian Pertahanan Jepang dan tak ada kaitan dengan konflik terkini antara Israel dan Palestina.
Namun ia menambahkan,’’ Kami mempertimbangkan perintah International Court of Justice (ICJ) pada 26 Januari dan Pemerintah Jepang mendukung peran ICJ. Kami telah menangguhkan aktivitas baru terkait MOU dan berencana mengakhiri pada akhir Februari.’’
Selain Jepang, Itali juga menempuh jalan serupa. Menlu Italia Antonio Tajani menyatakan pada 20 Januari negaranya menghentikan seluruh pengapalan sistem senjata dan material militer ke Israel menyusul perang 7 Oktober 2023.
Langkah ini merupakan respons seruan pemimpin Partai Demokrat, Elly Schlein kepada pemerintah agar menghentikan pasokan senjata ke Israel. Namun, pekan lalu menteri pertahanan Italia menyatakan Roma masih melanjutkan ekspor senjatanya ke Israel.
Menhan Guido Crosetto kepada parlemen menyatakan, hanya kesepakatan yang sudah disetujui tetap dihormati setelah diyakini senjata itu tak digunakan terhadap warga sipil di Gaza.
Menlu Spanyol pada Januari lalu menyatakan negaranya tak menjual senjata apapun ke Israel sejak dimulainya serangan ke Gaza. Dan saat ini ada embargo penjualan senjata. Namun, harian Spanyol, El Diario merilis laporan yang menunjukkan Spanyol mengekspor amunisi.
Ekspor ke Israel pada November 2023 itu senilai 1,1 juta dolar AS. Menlu Spanyol berdalih atas penjualan amunisi tersebut, tujuannya adalah untuk pengujian atau demonstrasi. Selain itu, izin ekspor disetujui sebelum serangan Israel ke Gaza pada 7 Oktober 2023.
Pemasok senjata ke Israel
Merujuk data pengiriman senjata Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), 68 persen senjata yang diimpor Israel antara 2013 dan 2022 berasal dari AS. Militer AS memiliki stok senjata di di Israel yang digunakan oleh mereka sendiri.
Meski demikian, AS mengizinkan Israel menggunakan sejumlah persediaan senjata itu ketika menyerang Gaza. Impor militer juga berasal dari negara lain. Senjata dari Jerman berjumlah 28 persen dari impor militer Israel.
Kementerian Ekonomi dan Perubahan Iklim Jerman menyatakan, ekspor militer naik 10 kali lipat pada 2023 dibandingkan 2022 setelah meningkatnya penjualan ke Israel pada November. Jenis ekspornya di antaranya sistem pertahanan udara, peralatan komunikasi.
Sementara Inggris, memiliki lisensi ekspor militer ke Israel senilai 474 juta poundsterling arau 594 juta dolar AS sejak 2015. Demikian laporan Human Rights Watch pada Desember 2023 yang dilansir oleh laman Aljazirah.
Ekspor Inggris ini mencakup pesawat, rudal, tank, teknologi dan amunisi, termasuk komponen untuk pesawat tempur F-35 yang digunakan untuk menyerang Gaza.