Sopir Ugal-ugalan, Maka Nekad Berkuasal di Jalan Tanpa Perlu Hirau Etika?

Ironi Supir Ugal-Ugalan, Apa karena Tak Punya 'Etika' ya?

network /Muhammad Subarkah
.
Rep: Muhammad Subarkah Red: Partner
Keruwetan di jalanan Jakarta.

Oleh: Swary Utami Dewi, Penulis dan Pengamat Sosial.


Belum lama ini saya naik mobil yang saya pesan secara online. Hari itu saya kembali bertemu dengan lalu lintas yang lumayan semrawut. Beberapa kali driver disalip mendadak oleh beberapa motor. Ada pula liukan beberapa mobil yang zig-zag begitu rupa. Saya berkali-kali menarik napas. Huh .. Akhirnya kami masuk tol.

Supir yang membawa saya ini berkomentar. Inilah akibat membawa kendaraan dengan surat izin mengemudi (SIM) "nembak". Aku berkernyit dan bertanya apa maksudnya. Ia menjelaskan bahwa rata-rata orang yang asal mengemudi dan berani zig-zag kiri-kanan, tanpa memikirkan keselamatan orang lain, mendapatkan SIM dengan cara yang tidak betul.

Mereka mungkin bisa menyetir secara teknis. Tapi...mereka tidak paham tuntas aturan lalu lintas. Bahkan ada yang tahu, tapi tak peduli. Tidak ada etika di jalan. Kebanyakan yang begini memiliki SIM tembak, bukan karena lulus tes atau ujian -- yang betul-betul menjalani tes dengan serangkaian proses yang dijalani dengan baik dan benar. Demikian dia menjelaskan.

Etika mengemudi? Etika? Saya bertanya kepada driver itu. Ya, etika, Bu.

Apa itu, Pak?

Itu lho, Ibu. Mana yang pantas, mana yang tidak. Dia zig- zag, salip salip. Tidak peduli dia apakah pengemudi lain panik atau terkejut. Tidak peduli dia keselamatan orang lain. Yah.. jika begini, cara dapat SIM-nya diragukan.

Saya nyengir. Dalam hati saya setuju. Terus-terang terkadang saya lumayan terganggu dengan cara beberapa supir yang ugal-ugalan.


Apakah menurut Bapak orang yang mengendarai mobil suka-suka begitu karena terburu-buru dengan alasan tertentu atau memang dia begitu?

Terburu-buru? Sang driver tampak berpikir. Terburu-buru bukan alasan untuk menyetir asal-asalan dan seenaknya, yang bisa membahayakan orang lain, sekaligus dirinya.

Jadi?

Saya sudah lama di jalan, Bu. Menurut saya cara mengemudi itu menunjukkan karakter seseorang. Sifat asli. Jika dia grasak-grusuk, egois,, ugal-ugalan -- dan juga sebaliknya, tenang, taat, dan seterusnya -- itu terlihat saat seseorang mengemudi.

Lagi-lagi saya merespons dengan anggukan. Mmmh.. padahal sulit baginya yang sedang menyetir untuk melihatku yang duduk di kursi belakang.

Apakah ada contoh lain?

Saat antri. Misalnya antri bensin, antri belanja... Pokoknya segala bentuk antri.

Baru saja mobil keluar tol, kami bertemu dengan salipan mendadak lagi dari sebuah mobil yang masuk golongan mewah. Saya tertawa. Tuh Pak, ada lagi...

Akhirnya saya hampir tiba di tujuan. Rasa penasaran saya muncul untuk kembali bertanya. Karakter asli terlihat saat kapan lagi, Pak? Ada contoh lagi?

Dua menit lagi, saya akan turun mobil. Supir ini berdiam sebentar membuka kaca, lalu mengangguk pada sekuriti yang ada di situ.

Saat jadi boss, Bu. Akan kelihatan juga sifat asli orang.

Jika Presiden? Tanyaku iseng.

Sang supir menjawab agak tertawa. Ah Ibu, itu kan sudah terlihat jelas. Tidak perlu dipertanyakan.

Aku turun di lobi gedung. Ah, dasar supir ugal-ugalan... Sembari masuk aku teringat kata-kata ini:

"...Bila kau ingin mengetahui karakter seseorang, berilah dia kekuasaan." (Abraham Lincoln).

21 Maret 2024

sumber : https://algebra.republika.co.id/posts/297095/sopir-ugal-ugalan-maka-nekad-berkuasal-di-jalan-tanpa-perlu-hirau-etika-
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler