Ini Penjelasan Pakar ITB Soal Penyebab Longsor Cipongkor Bandung Barat
Hampir semua bencana memiliki tanda-tanda yang mengawali kejadiannya.
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Evakuasi korban longsor hari keempat di Kampung Gintung, RT 03 RW 04, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB), saat ini terus dilakukan oleh Tim SAR gabungan. Pakar longsoran (landslide) Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr Eng Imam Achmad Sadisun, ST MT, menjelaskan faktor penyebab longsor beserta gejala dan mitigasi yang perlu diketahui masyarakat.
Menurutnya, faktor penyebab longsor secara umum dibagi menjadi dua, yakni faktor prakondisi (preconditioning factor) dan faktor pemicu (triggering factor). Faktor prakondisi umumnya berkaitan dengan berbagai kejadian yang sifatnya berlangsung relatif lambat atau jangka panjang. Seperti pelapukan, erosi, perubahan topografi/kemiringan lereng, perubahan tata guna lahan, dan kondisi geologisnya, seperti terdapatnya batuan di wilayah tersebut yang secara alamiah memungkinkan mudah menjadi bidang gelincir.
Sedangkan faktor pemicu, kata dia, berkaitan dengan kejadian-kejadian jangka pendek atau bahkan seketika seperti curah hujan lebat atau gempa bumi. Saat faktor prakondisi sudah memperlihatkan adanya gejala-gejala tidak stabil, hujan yang tidak terlalu besar pun dapat memengaruhi kekuatan geser material pembentuk lereng sehingga longsor terjadi.
“Kalau hujan ringan hingga sedang umumnya tidak menyebabkan longsor. Namun kalau hujan di atas lebat atau hujan yang memang ekstrem, 150 mm/hari menurut ukuran BMKG, dapat menjadi faktor pemicu longsoran. Intinya, hujan bisa menurunkan kekuatan geser material pembentuk lerengnya,” ujar Imam dikutip, Kamis (28/3/2024).
Selain itu, kata dia, banyak gempa bumi yang memicu kejadian longsoran-longsoran besar. Namun, dalam kejadian longsoran kali ini, faktor utama yang memicu adalah curah hujan yang lebat akhir-akhir ini.
Menurutnya, hampir semua bencana memiliki tanda-tanda yang mengawali kejadiannya. Termasuk longsoran, gejala tersebut dapat dilihat pada tiga bagian utama dari suatu lereng, yakni bagian kepala (head), tubuh (body), dan kaki (foot).
Gejala di bagian kepala lereng umumnya ditandai dengan retakan-retakan memanjang pada tanah, yang umumnya melengkung untuk jenis longsoran nendetan. Kemudian, pada bagian badan lereng ditandai dengan pepohonan atau tiang-tiang listrik yang mulai miring karena adanya pengaruh pergerakan awal longsoran. Sedangkan di bagian kaki lereng umumnya muncul sembulan tanah dan munculnya mata air. Karena bagian ini merupakan bagian yang menahan gaya yang dihasilkan dari pergerakan bagian kepala dan badan lereng.
"Mekanisme longsor di Kampung Gintung, Kecamatan Cipongkor, berbeda dengan yang terjadi di Kampung Cigombong, Kecamatan Rongga, beberapa waktu lalu," katanya.
Menurutnya, gejala di bagian kepala sistem lereng di Kampung Cigombong sudah terlihat dari adanya perkembangan retakan yang relatif melengkung di lapangan depan SD di daerah tersebut. Retakan tersebut menjadi cikal bakal mahkota (bagian paling atas) longsoran. Sementara di Kampung Gintung, gejala longsoran tidak mudah terlihat karena terjadi di bagian atas lereng perbukitan yang bukan merupakan area aktivitas warga.
"Longsoran yang terjadi di Kampung Gintung merupakan longsoran aliran bahan rombakan (debris flow), yang material longsorannya berupa tanah, fragmen batuan, dan bahkan pepohonan yang terbawa oleh air dan menimpa rumah-rumah warga," paparnya.