Untuk Dapat Malam Lailatul Qadar, Haruskah Itikaf di Masjid?

Itikaf adalah sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Republika/Thoudy Badai
Suasana Masjid Istiqlal, Jakarta, Jumat (14/4/2023) dini hari.
Rep: Fuji E Permana Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ibadah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW ketika masuk sepuluh terakhir bulan puasa Ramadhan adalah beritikaf, yaitu berdiam diri di masjid dengan segala kegiatan ibadah.

Namun, kaitannya dengan malam Lailatul Qadar itu bukanlah kaitan syarat dengan yang disyarati. Itikaf bukanlah syarat untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar. Demikian dijelaskan KH Ahmad Zarkasih dalam buku Meraih Lailatul Qadar, Haruskah I'tikaf? terbitan Rumah Fiqih Publishing, 2019.

Tapi jika mampu beritikaf mengapa tidak dilakukan? Karena itu adalah sunnah yang sangat besar pahalanya. Itikaf adalah sunnah yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi Muhammad SAW selama 10 terakhir bulan puasa Ramadhan sepanjang hidup Rasulullah SAW.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ الْعَشْرَ الْأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ

Aisyah Radhiyallahu anha bercerita, "Nabi SAW (selalu) beritikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai Allah SWT mewafatkan beliau." (HR Imam Bukhari dan Imam Muslim)

Tapi sesungguhnya, malam Lailatul Qadar tidaklah dikhususkan untuk mereka yang beritikaf saja, tapi siapapun yang ketika malam itu menghidupkan malamnya dengan ibadah. "Siapapun yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan iman dan ihtisab (mengharapkan pahala), niscaya Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lampau." (HR Imam Bukhari)

Bagi mereka yang masih harus bekerja di malam hari, ia terhalang untuk bisa beritikaf. Juga bagi wanita yang tidak bisa beritikaf karena mendapatkan dirinya dalam keadaan tidak suci.

Baca Juga


Mereka-mereka ini masih punya kesempatan...

Mereka-mereka ini masih punya kesempatan juga untuk mendapatkan kemuliaan malam Lailatul Qadar. Sebab itikaf itu bukanlah suatu kewajiban.

Hanya saja memang dengan beritikaf, kesempatan untuk terus beribadah sangatlah terbuka lebar. Orang yang beritikaf bagaimanapun keadaannya di masjid, ia tetap terhitung sebagai orang yang beri'tikaf dan tentu saja itu ibadah, walaupun ia tidur.

Keinginan untuk beribadah sangatlah besar ketika seseorang itu berada dalam masjid karena termotivasi oleh saudara-saudaranya yang sedang beritikaf juga.

Tetapi bagi yang tidak beritikaf, ia tidak bisa disebut dalam ibadah. Ibadahnya di rumah tentu tidak bisa disamakan dengan ibadahnya orang yang beritikaf karena ia mendapatkan pahala lebih dari ritual itikafnya tersebut. Juga semangat beribadah ketika berada dalam rumah tentu tidak sebesar ketika kita beritikaf di masjid.

Di rumah kita bisa saja berpaling dari ibadah ke kegiatan lain dengan sangat mudah. Sekitar kita ada ponsel, laptop yang bisa kita nyalakan kapan saja, remote control televisi yang bisa kita pencet tombolnya untuk menonton. Fokus ibadahnya pun menjadi buyar karena banyak gangguannya. Itu berbeda jika kita berada dalam masjid ketika itikaf.

Menurut KH Ahmad Zarkasih dalam bukunya, orang yang beritikaf karena kedekatannya dengan ibadah di malam itu, maka kedekatannya untuk mendapatkan malam Lailatul Qadar pun menjadi sangat terbuka lebar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Berita Terpopuler