Ribuan Penguin Mati di Antartika, Dikaitkan dengan Perubahan Iklim

Ribuan penguin mati ditemukan dalam ekspedisi ilmiah University Australia.

EPA-EFE/NIC BOTHMA
Tim peneliti dari Federation University Australia melakukan penyelidikan terkait penyebab ribuan penguin mati di Antartika, termasuk di antaranya 532 penguin Adelie.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Nora Azizah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti dari Federation University Australia melakukan penyelidikan terkait penyebab ribuan penguin mati di Antartika, termasuk di antaranya 532 penguin Adelie. Ribuan penguin yang mati tersebut ditemukan dalam sebuah ekspedisi ilmiah bulan lalu.

Baca Juga


Meskipun para peneliti menduga virus flu burung H5N1 telah membunuh penguin-penguin tersebut, uji lapangan belum terlalu meyakinkan. Untuk itu, peneliti melakukan uji sampel lanjutan di laboratorium, di mana jawabannya diharapkan ditemukan dalam beberapa bulan mendatang.

Para ilmuwan secara khusus mengkhawatirkan bahwa flu burung H5N1 dapat memusnahkan spesies penguin dan hewan lain yang terancam punah di benua selatan yang terpencil itu.

Penyakit ini telah menyebar lebih agresif pada satwa liar dibandingkan sebelumnya sejak tiba di Amerika Selatan pada tahun 2022 dan dengan cepat menyebar ke Antartika, di mana kasus pertama H5N1 dikonfirmasi pada bulan Februari.

"Hal ini berpotensi memberikan dampak besar pada satwa liar yang sudah terdampak oleh berbagai hal seperti perubahan iklim dan tekanan lingkungan lainnya," ujar Meagan Dewar, ahli biologi satwa liar dari Federation University, seperti dilansir Reuters, Jumat (5/4/2024).

Dewar mengatakan bahwa penguin Adelie yang mati ditemukan membeku dalam suhu di bawah nol derajat Celcius dan tertutup salju di Pulau Heroina.

Dewar dan tim kecil peneliti tidak dapat menghitung semua bangkai penguin di pulau besar tersebut, dan memperkirakan bahwa beberapa ribu ekor mati secara keseluruhan dalam beberapa pekan atau bulan berikutnya.

“Sebuah koloni yang terdiri dari sekitar 280 ribu ekor Adelies berkembang biak di Pulau Heroina setiap tahunnya. Setelah selesai berkembang biak, penguin-penguin yang masih hidup sudah pindah ketika ekspedisi tiba,” kata Dewar.

Ekspedisi Dewar menemukan adanya flu burung jenis H5 di semenanjung Antartika dan tiga pulau di dekatnya pada burung laut skua, predator yang memangsa telur dan anak penguin.

Sekitar 20 juta pasang penguin berkembang biak di Antartika setiap tahun, menurut British Antarctic Survey. Itu termasuk penguin kaisar, yang dikhawatirkan akan hampir punah pada akhir abad ini, karena es laut menyusut akibat perubahan iklim. Mencairnya es laut pada tahun 2022, membuka lembaran baru yang menyebabkan ribuan anak penguin kaisar tenggelam.

“Penguin kaisar sekarang dapat menghadapi ancaman tambahan dari flu burung yang mematikan. Sekarang ada potensi bahwa penguin kaisar dapat terkena dampaknya pada musim semi tahun depan," kata Dewar.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler