PWNU DIY Surati Imam Jamaah Aolia, Buntut Viral ‘Telepon Allah’ Tentukan Idul Fitri

Mbah Benu memberikan klarifikasi terkait pernyataan ‘telepon Allah’. 

ANTARA FOTO/Andreas Fitri Atmoko
Jamaah Masjid Aolia melaksanakan sholat Idul Fitri di Giriharjo, Panggang, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (5/4/2024).
Rep: Febrianto Adi Saputro/Silvy Dian Setiawan   Red: Irfan Fitrat

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA — Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merespons pernyataan imam jamaah Aolia di Gunungkidul soal penentuan Idul Fitri 2024. Imam jamaah Aolia, Raden Ibnu Hajar Pranolo alias Mbah Benu, sempat menyampaikan “ menelepon Allah” untuk menentukan 1 Syawal atau Idul Fitri.

Baca Juga


Ketua PWNU DIY Ahmad Zuhdi Muhdlor mengatakan, pihaknya mengutus tim untuk menemui dan mengirimkan surat kepada Mbah Benu di Gunungkidul, DIY, pada Ahad (7/4/2024). “Kita mengutus tim Aswaja Center dan LPBH (Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum NU), lembaga bantuan hukum kita. Terus didampingi PWNU Gunungkidul,” kata dia kepada wartawan, Ahad.

Menurut Zuhdi, PWNU merasa perlu mengingatkan Mbah Benu terkait pernyataannya yang viral belakangan ini. Hal itu disebut dilakukan agar Mbah Benu dengan umat Islam tidak terjebak pada pemahaman dan akidah yang salah.

“Karena, dalam pandangan kami, kajian kami, memang dari beberapa statement beliau itu ada titik-titik yang sangat rawan dan itu dalam tanda kutip salah, sehingga kita sesama umat perlu mengingatkan agar tidak terjebak lebih jauh ke dalam kesalahan,” ujar Zuhdi.

Zuhdi mengatakan, PWNU mengimbau Mbah Benu agar lebih berhati-hati dalam menyampaikan pernyataan. Ihwal pernyataan Mbah Benu “menelepon Allah” dalam menentukan Idul Fitri, kata dia, hal itu seakan memersonifikasi Tuhan.

“Jadi, Tuhan itu seperti sosok atau pribadi, yang dalam pandangan makhluk itu mempunyai struktur tubuh. Itu kan wujud personifikasi, yang dalam Islam sangat ditentang karena itu bisa menjurus kepada kemusyrikan,” kata Zuhdi.

Terkait penentuan Ramadhan dan Syawal, Zuhdi mengatakan, NU mempunyai dua pedoman, yakni rukyatul hilal dan istikmal. Sementara hitung-hitungan lain, seperti hisab, disebut sebagai sarana konfirmasi.

“Mbah Benu ini ketika ditanya kriterianya apa, pedomannya, beliau mengatakan saya tidak punya pedoman. Nah, itu kan Islam harus rasional juga, tidak asal begitu,” ujar Zuhdi.

Zuhdi mengatakan, langkah PWNU DIY menyurati Mbah Benu merupakan  upaya untuk mengajaknya berdialog. Menurut dia, PWNU DIY dan PCNU Gunungkidul tadi malam melakukan rapat gabungan untuk membahas Mbah Benu dan jamaah Aolia. Termasuk mengantisipasi persekusi terhadap mereka. “Termasuk antisipasi-antisipasi hal seperti itu,” kata Zuhdi.

Penjelasan Mbah Benu

Jamaah Aolia di Gunungkidul melaksanakan sholat Idul Fitri pada Jumat (5/4/2024). Waktunya lebih awal dari ketetapan pemerintah, sebagaimana juga tahun lalu. Mbah Benu lantas viral dengan pernyataannya “menelepon Allah” untuk menentukan Idul Fitri.

Lewat rekaman video, Mbah Benu menyampaikan klarifikasi atas pernyataan tersebut. “Itu sebenarnya hanya istilah, dan yang sebenarnya adalah perjalanan spiritual saya kontak batin dengan Allah,” ujar Mbah Benu, dikutip dalam video yang diterima, Sabtu (6/4/2024).

Mbah Benu mengaku tidak bermaksud menyinggung pihak lain dengan pernyataan tersebut. Ia pun menyampaikan permintaan maaf. “Apabila pernyataan saya menyinggung atau tidak berkenan, saya mohon maaf sebesar-besarnya kepada semua pihak,” ujar Mbah Benu. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Berita Terpopuler