Terus Menggempur Gaza, Israel Hadapi Boikot Ekonomi Hingga Budaya 

Warga Malmo menyebut tak semestinya Israel berpatisipasi di Eurovision.

AP
Pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina saat aksi Gaza dekat Teater Dolby tempat upacara Oscar Academy Awards ke-96 di Los Angeles, Ahad (10/3/2024).
Red: Ferry kisihandi

REPUBLIKA.CO.ID, MALMO -- Israel terus melanjutkan operasi militernya di Gaza. Tekanan dunia juga semakin gencar merespons serangan Israel dan tak diizinkannya bantuan kemanusiaan masuk Gaza baik dalam bentuk ekonomi hingga budaya. 

Baca Juga


Rabu (10/4/2024) pengunjuk rasa mengibarkan bendera dan spanduk Palestina. Mereka menyerukan boikot terhadap Israel terkait penyelenggaraan Eurovision Song Contest di Malmo, sebuah kota di Swedia pada bulan depan. Israel ikut dalam ajang ini. 

The European Broadcasting Union (EBU), yang mengorganisasi Eurovision memang menyatakan kontes menyanyi ini merupakan ajang non-politik. Namun, ajang ini dimanfaatkan untuk serangkaian kampanya mendukung Palestina. 

Mereka menyerukan protes dan boikot terhadap Israel atas aksi mereka menyerang Gaza menyusul serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2024. Aksi militer Israel ini berdampak pada ajang-ajang bidaya di seluruh Eropa. 

‘’Saya pikir tak semestinya Israel berpatisipasi di Eurovision. Ini benar-benar standar ganda, mereka mengizinkan Israel ikut serta tetapi melarang Rusia,’’ ujar warga Malmo, Mats Rehle (43), karyawan toko buku seperti dilansir laman berita Reuters, Kamis (11/4/2024). 

Rusia disebut Rehle, terkait larangan akibat Rusia menginvasi Ukraina. Pengunjuk rasa di depan balai kota, membawa sebuah spanduk yang bertuliskan seruan boikot Israel. Tulisan mereka buat di atas logo Eurovision. 

Spanduk lainnya berisi tanda merah berbentuk seperti darah dan gunting yang menggunting chord hingga mikrofon berlatar bendera Israel. Mereka menegaskan, tak menginginkan adanya Eurovision di Malmo kalau Israel ikut berpartisipasi dalam ajang ini. 

Pada 2022, EBU melarang Rusia ikut Eurovision setelah sejumlah lembaga penyiaran public Eropa mendesak agar Rusia didepak dari kontes ini, menyusul invasi Rusia ke Ukraina. Mereka beralasan, Rusia kerap melanggar aturan keanggotaan. 

Selain itu, Rusia dianggap melanggar prinsip-prinsip dalam penyiaran publik. Keputusan EBU melibatkan lembaga penyiaran publik Israel, KAN memicu protes baik dari artis maupun sejumlah menteri di negara-negara Eropa. 

Namun, pada Januari EBU berdalih Eurovision bukanlah kontes menyanyi antarpemerintahan dan KAN memenuhi semua persyaratan untuk bergabung dalam kontes ini. EBU masih memberikan pembelaan terhadap Israel dan tetap akan mengikutsertakan Israel. 

Pada Rabu, mereka mendesak warga untuk tak terpengaruh misinformasi daring mengenai artis-artis yang ikut dalam Eurovision. ‘’Kita semua terdampak  oleh foto, cerita, dan rasa sakit yang diderita mereka di Gaza dan Israel,’’ demikian EBU dalam pernyataannya. 

Mereka menginginkan masyarakat mengenai perbincangan soal ini, khususnya dari kampanye yang ada di media sosial terhadap sejumlah artis yang akan beradu dalam ajang menyanyi bulan depan di Malmo, Swedia. 

Turki batas ekspor ke Israel....

Sehari sebelumnya, Turki menyatakan akan menerapkan pembatasan ekspor ke Israel hingga terjadi gencatan senjata dan meningkatnya aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza. Langkah ini menyusul  tindakan Israel yang menolak penyaluran bantuan melalui udara ke Gaza. 

Kementerian Perdagangan Turki, Selasa (9/4/2024) menyatakan tak akan lagi mengekspor 54 jenis produknya ke Israel, yaitu produk besi dan baja, bahan bakar jet, peralatan konstruksi, mesin, semen, granit, kimia, pestisida, dan batu bata. 

 ‘’Israel terus-menerus  secara mencolok melanggar hukum-hukum internasional dan mengabaikan komunitas internasional,’’ demikian pernyataan yang dikeluarkan Kementerian Perdagangan Turki seperti dilansir laman berita Aljazirah. 

Keputusan ini  berlangsung hingga Israel dengan segera menyatakan gencatan senjata dan mengizinkan aliran bantuan kemanusiaan yang memadai dan berlanjut ke Gaza. Hingga saat ini warga Gaza mengalami kelaparan karena tak mendapatkan makanan memadai. 

Pengumuman Kementerian Perdagangan Turki ini muncul sehari setelah pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan berjanji selangkah demi selangkah membalas tindakan Israel memblokir pesawat-pesawat kargo militernya menjatuhkan bantuan ke Gaza. 

Lebih dari 33 ribu warga Gaza kehilanan nyawa akibat serangan militer Israel selama enam bulan. Data ini diungkapkan sejumlah pejabat kesehatan di Gaza. Banyak negara mengecam Israel karena kian banyaknya korban jiwa dan krisis kemanusiaan.

 

sumber : Reuters
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Berita Terpopuler